Kalteng

Prevalensi Stunting di Kalteng Masih Cukup tinggi.

apahabar.com, PALANGKA RAYA – Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah dr Suyuti Syamsul, mengatakan, prevalensi stunting di…

Featured-Image
Ilustrasi stunting. Foto-Stunting

bakabar.com, PALANGKA RAYA – Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah dr Suyuti Syamsul, mengatakan, prevalensi stunting di Bumi Tambun Bungai Kalteng masih terbilang tinggi.

“Ini karena kurangnya penanganan pemerintah kabupaten/kota dalam penanganan gizi spesifik dan gizi sensitif,” kata Suyuti, Kamis (22/10).

Faktor-faktornya adalah kemiskinan, perilaku hidup bersih dan sehat, pemberian asupan gizi yang belum cukup kepada ibu hamil dan anak balita dan sebagainya.

Faktor lingkungan juga berperan menyebabkan perawakan pendek antara lain status gizi ibu, tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori.

Pola pemberian makan kepada anak, kebersihan lingkungan dan angka kejadian infeksi di awal kehidupan seorang anak.

Selain faktor lingkungan, juga dapat disebabkan oleh faktor genetik dan hormonal. Akan tetapi, sebagian besar perawakan pendek disebabkan oleh malnutrisi.

Hasil survei status gizi balita Indonesia (SSGBI) 2019, di Kalimantan Tengah, ada 5 kabupaten, masuk prevalensi tertinggi stunting, se Kalimantan Tengah.

Kabupaten Kapuas menduduki posisi pertama, sebesar 42,37 persen. Disusul Kotawaringin Timur 39,87 persen. Kemudian Barito Timur 38,53 persen, selanjutnya Seruyan 34,10 persen, terakhir Barito Selatan 33,90 persen.

Sedangkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018 yang dilakukan Kementerian Kesehatan di Kalimantan Tengah, terhadap prevalensi stunting.

Kabupaten Kotawaringin Timur di urutan pertama sebesar 48,84 persen, Barito Timur 42,05 persen, Kapuas 41,53 persen, Barito Selatan 40,19 persen, dan Gunung Mas 38,21 persen.

Sementara hasil Riskesdas 2013, Kabupaten Barito Timur 54,9 persen, Barito Selatan 46,3 persen, Kapuas 45,2 persen, Gunung Mas 44,4 persen dan Kotawaringin Timur 36,9 persen.

Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak atau pertumbuhan tubuh dan otak, akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.

Oleh karena itu, anak lebih pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir.

Umumnya disebabkan asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.



Komentar
Banner
Banner