Premenstrual Dysphoric Disorder

Premenstrual Dysphoric Disorder, Keadaan Mental Perempuan yang Lebih Parah dari PMS

Gangguan disforik pramenstruasi (PMDD) adalah bentuk yang lebih serius dan mengganggu dari sindrom pramenstruasi (PMS).

Featured-Image
PMDD mental wanita yang terganggu sebelum menjelang masa menstruasi. Foto: ismagilov/istock photo

bakabar.com, JAKARTA – Gangguan disforik pramenstruasi (PMDD) adalah bentuk yang lebih serius dan mengganggu dari sindrom pramenstruasi (PMS).

Melansir Mayo Clinic, Meskipun PMS dan PMDD memiliki gejala fisik dan emosional yang serupa, PMDD menyebabkan fluktuasi suasana hati yang sangat ekstrem yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari dan merusak hubungan.

Pada kedua kondisi ini, baik PMDD dan PMS, gejalanya biasanya muncul sekitar tujuh hingga 10 hari sebelum menstruasi dimulai dan berlanjut hingga beberapa hari pertama menstruasi.

"PMDD bisa berpengaruh pada keseharian, termasuk pekerjaan, sekolah, kehidupan sosial dan hubungan," ujar dr. Traci C. Johnson, melansir webmd, 

Gejala PMDD

menstruasi
Ilustrasi nyeri haid. Foto: Puripat1981/istock photo

PMDD dan PMS bisa menghasilkan gejala seperti kembung, nyeri payudara, kelelahan, serta perubahan dalam pola tidur dan makan. Tetapi, dalam kasus PMDD, setidaknya satu dari gejala emosional dan perilaku berikut lebih mencolok:

-Perasaan sedih atau putus asa.

-Kecemasan atau ketegangan.

-Kemurungan yang sangat parah.

-Mudah tersinggung atau marah.

Penyebab PMDD belum sepenuhnya dipahami. Depresi dan kecemasan yang mendasari seringkali terkait dengan PMS dan PMDD, sehingga perubahan hormonal yang terjadi selama periode menstruasi mungkin memperburuk gejala gangguan suasana hati.

Pengobatan PMDD

Ilustrasi masa menstruasi. Foto: viktoriia zinovieva/istock photo
Ilustrasi masa menstruasi. Foto: viktoriia zinovieva/istock photo

PMDD adalah kondisi serius dan kronis yang membutuhkan perawatan. Ada beberapa pendekatan pengobatan yang dapat membantu mengurangi keparahan gejala PMDD atau menguranginya, dikutip dari Hopkins Medicine:

-Mengubah pola makan dengan meningkatkan asupan protein dan karbohidrat serta mengurangi konsumsi gula, garam, kafein, dan alkohol.

-Melakukan olahraga rutin.

-Mengelola stres.

-Menggunakan suplemen vitamin seperti vitamin B6, kalsium, dan magnesium.

-Menggunakan obat antiinflamasi.

-Menggunakan inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI).

-Menggunakan pil kontrasepsi.

Penting untuk diingat bahwa bagi beberapa wanita, tingkat keparahan gejala PMDD dapat meningkat seiring berjalannya waktu dan berlanjut hingga masa menopause. Oleh karena itu, mungkin diperlukan perawatan jangka panjang, dan dosis obat dapat disesuaikan selama pengobatan.

Editor
Komentar
Banner
Banner