bakabar.com, PALANGKA RAYA â Postingan menu tidak layak pasien Covid-19 yang sedang diisolasi di Badan Pendidikan dan Pelatihan atau Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia (BPSDM) Provinsi Kalimantan Tengah beredar di media sosial.
Dalam postingan disebutkan, makanan yang disajikan nasi mentah, lauk keasinan dan disajikan tidak segar. Pasien yang dikarantina, minta menu standar perawatan pasien. Banyak pasien tidak tuntas makannya, makin buruk lingkungan dan penanganan.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Gugus Tugas Covid-19 Kalimantan Tengah dr Suyuti Syamsul menyampaikan terimakasih atas masukan tersebut dan tim lagi mengevaluasi kekurangannya.
“Perlu dicatat bahwa ada beberapa pasien di BPSDM dengan diet khusus sesuai kondisi dan penyakit penyertanya,” kata Suyuti, Jumat (5/6).
Namun menurutnya, akan lebih baik lagi, kalau disampaikan secara spesifik kejadiannya sehingga ditelusuri masalahnya.
“Siapa tahu pasien tersebut dengan diet khusus. Singkatnya, informasi ini akan menjadi bahan tim nutrisionis untuk lebih teliti mempersiapkan makanan,” ujarnya.
Untuk itu, segera dilakukan evaluasi menyeluruh masalah makanan untuk pasien.
“Kita mengapresiasi semua masukan masyarakat untuk perbaikan pelayanan.
Saya tidak tahu apakah itu diet khusus atau tidak. Sayakan tidak tahu pasien mana yang dimaksud,” ucapnya.
Suyuti menerangkan, saat ini di BPSDM merawat 61 orang. Bukan bermaksud mencari pembenaran, tetapi 61 orang ini tentu memiliki kepekaan terhadap rasa makan berbeda.
Kendati akan melakukan evaluasi, tetapi pihaknya tetap menginvestigasi kebenaran hal tersebut. Pasalnya dari 61 orang yang dirawat di BPSDM, hanya ada satu orang yang mengeluh.
Padahal makanan kotak yang sama, juga dimakan oleh petugas yang berjaga dengan Satpol PP, yang menurut mereka tidak ada masalah dengan makanan yang diberikan.
“61 orang tentu memiliki preferensi yang berbeda tentang makanan. Bisa jadi ada yang merasa nasi seperti itu sudah baik tapi yang lain merasa tidak. Belum lagi ada yang suka beras Banjar, ada yang tidak,” imbuhnya.
Editor: Muhammad Bulkini