bakabar.com, JAKARTA –PKB adalah parpol yang didirikan oleh Gus Dur. Tapi Gus Dur tergusur, dan Cak Imin pegang kendali sejak 18 tahun lalu.
Hari ini, 23 Juli 2023, PKB menggelar harlah ke 25 tahun. Puncak acara harlah PKB dihelat di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah. Acara tersebut dihadiri oleh Presiden Jokowi dan Ibu Iriana, serta sejumlah menteri yang merangkap ketum parpol dan elit politik lainnya.
Selain identik dengan Gus Dur, PKB juga tak bisa dilepaskan dari organisasi masyarakat, Nahdlatul Ulama (NU). Pendirian PKB juga diinisiasi oleh para petinggi organisasi tersebut.
Mengutip laman resmi pkb.id, sejarah PKB dimulai pada 23 Juli 1998. Pada saat itu, pendiriannya diprakarsai oleh para kiai dari NU, termasuk dai Munasir Ali, Ilyas Ruchiyat, Gus Dur, Mustofa Bisri, dan A Muhith Muzadi.
Baca Juga: Harlah ke-25 PKB, Jokowi: Pemilu Jangan Bertengkar!
Pada awal pendirian partai, pengurus besar NU (PBNU) pada saat itu melakukannya dengan sangat hati-hati. Hal itu atas dasar hasil Muktamar ke-27 di Situbondo pada 1984, dimana NU dinyatakan sebagai organisasi yang tidak melakukan kegiatan politik, ataupun terkait dengan parpol.
PBNU beralasan, pihaknya belum cukup untuk bisa melaksanakan sejumlah aspirasi dari masyarakat. Namun, sejumlah anggota NU telah menyatakan bagian dari partai lokal.
Mereka mendeklarasikan diri untuk mewadahi aspirasi masyarakat setempat. Hal itu yang kemudian mendorong terbentuknya sejumlah partai daerah, seperti Partai Bintang Sembilan di Purwokerto dan Partai Kebangkitan Ummat di Cirebon.
PBNU kemudian merespon hal tersebut, melalui Rapat Harian Syuriyah pada 3 Juni 1998, diputuskan pembentukan Tim Lima yang memiliki tugas menjadi wadah untuk menampung aspirasi warga kepada NU.
Baca Juga: Kerap Digoda PDIP, PKB Ngaku Setia dengan Gerindra
Pendirian Tim Lima pada saat itu diketuai oleh KH Ma'ruf Amin, dengan anggota, KH M Dawam Anwar, Dr KH Said Aqil Siroj, HM Rozy Munir, dan Ahmad Bagdja.
Kehadiran Tim Lima ternyata sangat diapresiasi oleh masyarakat, maka digelar rapat kembali pada 29 Juni 1998. Saat itu mulai terbentuk dorongan untuk membangun partai sendiri.
Dalam Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU tersebut, Tim Lima diperkuat dengan dibentuk Tim Asistensi. Tim Asistensi yang diketuai Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU), ditugaskan membantu Tim Lima.
Pada 22 Juni 1998, Tim Lima dan Tim Asistensi melakukan rapat untuk mengelaborasikan tugas-tugas mereka. Kemudian antara 26-28 Juni 1998, kedua tim kembali melakukan rapat untuk menyusun rancangan awal pembentukan parpol.
Oleh karena itu, Gus Dur bersedia menginisiasi kelahiran parpol berbasis ahlussunah wal jemaah. Keinginan Gus Dur diperkuat dukungan deklarator lainnya, yaitu KH Munasir Ali, KH Ilyas Ruchiyat, KH A. Mustofa Bisri, dan KH A. Muchith Muzadi.
Usai pembentukan partai dan pemilihan nama, maka pada 23 Juli 1998, deklarasi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dilaksanakan di Jakarta. Pemilihan nama tersebut sesuai dengan sifat yang dijunjung parpol ini, yaitu kejuangan, kebangsaan, terbuka dan demokratis.
Ketua Umum PKB
Sejak berdiri tahun 1998 sampai sekarang, hanya ada tiga nama yang menjadi Ketua Umum PKB, yaitu:
1. Alm. Matori Abdul Jalil, menjabat sejak 23 Juli 1998 sampai 15 Agustus 2001
2. Alwi Shihab, menjabat sejak 15 Agustus 2001 sampai 17 Januari 2002. Lalu terpilih lagi untuk masa jabatan 17 Januari 2002 sampai 25 Mei 2005
3. Muhaimin Iskandar, menjabat sejak 25 Mei 2005 sampai saat ini. Muhaimin bisa dibilang sebagai Ketua Umum PKB terlama. Ia sudah menjadi ketum selama 18 tahun atau lima periode masa jabatan.
Konflik Internal PKB
25 tahun PKB tak lepas dari konflik internal yang tajam antara Muhaimin Iskandar dengan alm. Gus Dur dan keluarganya. Cak Imin adalah keponakan Gus Dur. Keduanya terlibat konflik pada 2008. Konflik yang mendepak Gus Dur dan Yenny Wahid dari partai tersebut.
Baca Juga: Cak Imin Dipingit PKB, Tak Boleh Bicara Politik
Konflik bermula ketika Cak Imin yang menjabat sebagai Ketum PKB hasil Muktamar Semarang 2005 dilengserkan oleh Gus Dur yang saat itu masih menjabat sebagai Ketua Dewan Syuro PKB. Gus Dur memecat Cak Imin karena Cak Imin dinilai terlalu mendekat ke istana, saat itu adalah masa jabatan Presiden SBY. Padahal PKB sudah memutuskan menjadi partai oposisi.
Perseteruan itu membuat PKB terpecah menjadi dua kubu, Gus Dur dan Cak Imin. Pertikaian tak berhenti, masing-masing menggelar Muktamar Luar Biasa. Gus Dur di Parung, Bogor pada 30 April sampai 1 Mei 2008. Dan kubu Cak Imin menggelar Muktamar di Hotel Mercure Ancol pada 2 Mei 2008. Muktamar Cak Imin memutuskan Cak Imin kembali menjadi Ketua Umum PKB. Hasil Muktamar kubu Cak Imin tak hanya menggusur Gus Dur dari posis Ketua Dewan Syuro PKB, tapi juga mendepak Yenny Wahid yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris Jenderal PKB.
Kubu Gus Dur mengambil langkah hukum dan menggugat kubu Cak Imin ke pengadilan dengan tuduhan melanggar Anggaran Dasar/Anggran Rumah Tangga PKB. Namun Cak Imin menang di pengadilan. Sementara Yenny Wahid juga terus berupaya menghentikan langkah Cak Imin. Namun langkah Yenny selalu terhenti di pengadilan. Bahkan ketika Yenny Wahid mendirikan Partai Kedaulatan Bangsa Indonesia, kemudian berubah nama menjadi Partai Kemakmuran Bangsa Nusantara pada 2011. Cak Imin dikabarkan berkirim surat ke Menkumham Patrialis Akbar, yang meminta Menkumham tak meloloskan partai Yenny dalam proses verifikasi parpol untuk Pemilu 2014.
Konflik Cak Imin dan Yenny Wahid tak juga selesai hingga hari ini. Berkali-kali keduanya saling sindir di media sosial. Harapan Yenny menguasai kembali PKB sepertinya makin jauh. Cak Imin sudah menancapkan kuku sangat kuat dengan menguasai partai tersebut selama 18 tahun terakhir.