bakabar.com, BATULICIN – Syafruddin H Maming (SHM) dengan semangat mudanya dianggap memiliki kapasitas mumpuni untuk membangun Kabupaten Tanah Bumbu. Pun dengan pengalaman Zairullah Azhar (ZR) menjadi bupati dan penjabat bupati.
Yang satunya lagi mewakili generasi milenial. Satunya terbilang senior. Baik SHM maupun ZR bakal beradu kuat di pemungutan suara Pemilihan Bupati Tanah Bumbu 2020, 9 Desember mendatang.
Sampai di tahapan kampanye, persaingan antar-keduanya terbilang cukup sengit. Serta kompetitif.
Sejatinya memang ada tiga pasangan calon yang bersaing menuju pucuk kepemimpinan tertinggi di Bumi Bersujud, sebutan Tanah Bumbu.
SHM, paslon nomor urut satu itu bersanding dengan M Alpiya Rakhman, sementara Zairullah Azhar paslon nomor urut tiga bergandengan tangan dengan HM Rusli.
Namun sejumlah pihak menilai Pilbup Tanbu kali ini lebih tertuju ke sosok kedua paslon tersebut, ketimbang paslon nomor urut dua, yakni Mila Karmila-Zainal Ariffin yang maju melalui jalur non-partai.
Potret peta politik konstestasi Pilbup pun didominasi oleh pertarungan antar-dua trah atau keluarga. SHM-MAR duet anak dan cucu pembakal atau tokoh kepala desa yang dihormati, sementara ZR berlatar keluarga camat.
H Maming, orang tua SHM yang kakak kandung daripada Mardani H Maming dikenal sebagai pembakal tersohor di Batulicin. Sementara, ZR dan kakaknya M.Hamsyuri adalah anak dari M Arsyad Syamsu yang merupakan seorang camat di Pulau Sembilan, Kotabaru.
Pun dengan HM Rusli. Kakak kandung Andi Syamsudin Arsyad atau Haji Isam ini adalah mantan Camat Batulicin dan Mantewe.
Saking menariknya, sejumlah pihak menganggap pertarungan Pilkada di Tanbu bak Pilbup rasa Pilpres.
“Tanah Bumbu mempertontonkan ruang perhelatan Pilkada yang seru, bahkan competable antar-pasangan calon,” jelas Pengamat Politik dan Kebijakan Publik dari Universitas Lambung Mangkurat Dr Taufik Arbain kepada media ini, Senin (10/5).
Hal ini bisa dilihat sejauh mana gerakan kampanye baik ‘perang udara’ berupa membangun framing media sosial dan media massa. Hingga ‘perang darat’ berupa pengumpulan massa, silaturahmi dan pemasangan baliho serta spanduk dukungan.
"Saya melihat Pilkada Tanah Bumbu ini Pilkada rasa Pilpres karena akselerasi kampanye saling sinergi pada kampanye perang udara dan perang darat, dibandingkan dengan pilkada-pilkada kabupaten/kota se-Kalsel,” kata Taufik Arbain.
Lebih jauh Taufik menegaskan Pilkada Tanbu seperti ajang perebutan pengaruh di tengah publik. Bahwa kelompok siapa yang harus memenangkan perebutan posisi di Tanah Bumbu, selain perebutan ruang produktif berbuat terbaik.
Maka dari itu, tidaklah mengherankan jika memunculkan pertanyaan, mengapa Syafruddin H Maming seorang anak muda harus rela meninggalkan kursi empuk di Senayan –sebutan DPR RI– demi tanah kelahirannya.
Kemudian mengapa orang tua seperti HM Zairullah mantan bupati Tanah Bumbu yang sempat akan mencalonkan di Pilbup Kotabaru kembali ingin maju di Pilbup Tanbu 2020.
Dua figur ini diakuinya memiliki peluang, kekuatan dan kemampuan dalam hal memenangkan pilkada dan menjalankan roda pemerintahan.
HM Zairullah mantan bupati sekaligus penjabat bupati Tanah Bumbu bisa dikatakan mahir dalam pemerintahan.
Namun, Cuncung sapaan karib Syafruddin H Maming, si sosok milenial produktif, sekaligus mantan anggota DPRD Kalsel dua periode tak bisa dianggap enteng.
“Dengan banyaknya jaringan lokal nasional dan selalu tawadhu mendengarkan pandangan banyak pihak akan mampu menjemput zaman membangun Tanbu yang dahsyat. Saya kira inilah kelebihan anak muda Tanbu selama ini,” ujar direktur Lembaga Survei Irdepos Kalsel ini.
Anak-anak muda di Tanbu saat ini disebutnya telah menunjukkan kapasitas dan kapabilitasnya dalam berbagai peran baik di pemerintahan maupun di swasta, terutama dalam mendobrak ke arah kemajuan dengan mengumpulkan elemen terbaik yang mampu membuat akselarasi 10 kali lipat dari yang sudah berpengalaman.
“Tanah Bumbu bisa dikatakan selama ini menawarkan best practice bagaimana para anak mudanya mampu bertengger seperti calon-calon bupati muda sukses dari daerah lain,” sambungnya
Contohnya sebut Taufik, Bupati Emil Dardak dan penerusnya Bupati Muhammad Nur Arifin di Kabupaten Trenggalek, Makmun Ibnu Fuad di Bangkalan, Yopi Arianti di Kabupaten Indragiri Hulu, Fairid Nafarin Wali Kota Palangkaraya dan lainnya yang semula diragukan masyarakat kemampuannya.
Menariknya era-era anak muda ini di wilayah tersebut mendapat dukungan publik dan para pendahulunya yang mengayomi dan memberikan keteladanan dalam perebutan kekuasaan.
Sisi lain Tanah Bumbu sebagai kabupaten pemekaran tahun 2000-an juga mampu menunjukkan kinerja pembangunan yang pesat dan maju dibandingkan kabupaten induknya, adalah kemantapan tonggak awal dan estafet pembangunan dari para mantan-mantan bupati Tanah Bumbu.
Mereka semua kata Taufik, telah memberikan yang terbaik pada Tanah Bumbu, sehingga layak disebut menawarkan best practice, khususnya bagi Kalimantan Selatan dan Indonesia.
Atas kondisi ini, baik Syafrudin H Maming, maupun calon bupati Tanbu dari Independen Mila Karmila harus rela berjibaku dengan calon bupati orang tua HM Zairullah Azhar-HM Rusli.
“Tetapi bagaimana pun ini realitas, sebagaimana alasannya lebih cocok berkiprah di daerah ketimbang level nasional menjadi anggota DPR RI,” tukasnya.
“Saya kira pak Zairullah punya pertimbangan mengapa beliau memilih mencalonkankan lagi menjadi bupati di Tanah Bumbu. Loyalis beliau masih banyak dan tersebar tentu saja akan memberikan dukungan. Demikian juga Syafrudin dan adiknya Mardani H Maming (Ketua Hipmi) juga memiliki jaringan loyalis yang mapan dan siap memenangkan,” ungkap alumnus Fisipol UGM ini.
Sisi lain, pilkada kali ini adalah ruang yang sangat menantang bagi Syafrufdin H Maming maupun Mila Karmila bertarung dengan figur yang pulang kandang dan sempat hendak bertarung di kandang lain.
Ini tentu menjadi pertanyaan besar publik ketika banyak anak-anak muda produktif dan enerjik mau berbuat baik untuk Tanah Bumbu.
Di akhir wawancara Taufik melontarkan sebuah pertanyaan yang membuat masyarakat memikirkan kembali sosok mana yang tepat memimpin Kota Tanah Bumbu.
“Apakah Pak HM Zairullah menawarkan keteladanan membangun estafet kepemimpinan pada generasi muda di Tanah Bumbu?” tanya dia.
“Atau apakah Pak HM Zairullah Azhar hanya sebagai instrumen pengambil tiket kekuasaan saja kemudian dialihkan pada wakilnya? Saya kira hanya Pak Zairullah yang tahu dalam hati nurani yang paling dalam?” ungkap Taufik.
MENGEJUTKAN, Kakak Haji Isam Ungguli Popularitas Cuncung dan Mila Karmila di Pilbup Tanbu 2020