bakabar.com, BANJARMASIN – PT Pertamina (Persero) akhirnya angkat bicara soal kelangkaan elpiji 3 kg di Kalimantan Selatan yang terjadi beberapa pekan terakhir.
Pertamina mengklaim, kelangkaan elpiji di pasaran karena memang disebabkan terhambatnya jalur distribusi, menyusul rusaknya infrastruktur jalan dan jembatan di beberapa wilayah Kalsel akibat banjir.
“Jadi stok itu ada. Tapi karena jalanan belum normal. Jadi jalur distribusinya yang terhambat,” ujar Unit Manager Communications, Relations & CSR Pertamina MOR VI Kalimantan, Susanto Agustus Satria kepada bakabar.com, Kamis (18/2).
Satria bilang, akibat terhambatnya jalur distribusi ini waktu pengantaran elpiji dari Depot Pertamina di kawasan Sungai Barito, Kabupaten Barito Kuala menjadi lebih lama dari biasanya.
“Yang mestinya bisa sampai beberapa jam jadi molor. Karena kami sendiri menggunakan LCT untuk tengki BBM maupun elpiji,” jelasnya.
Satria mengungkapkan, sejumlah jembatan yang rusak akibat diterjang banjir memang sudah diperbaiki, dan sudah mulai difungsikan kembali.
Kendati demikian, yang menjadi persoalan angkutan BBM maupun elpiji masih kesulitan melintas karena bobotnya di atas kapasitas ketahanan jembatan.
“Ada jembatan yang sudah bisa dilalui. Tapi cuma untuk tengki 10 BBM. Di atas itu sulit,” imbuhnya.
Hingga saat Pertamina masih melakukan pengecekan dan pendatang di wilayah mana saja yang mengalami kelangkaan dari informasi dan laporan yang masuk.
“Untuk Kelangkaan elpiji itu bisa diberitahu juga di sebelah mana. Karena harus kita cek juga biar ada data juga di kita,” imbuhnya.
Lebih jauh, Satria memastikan tak ada pangkalan yang memanfaatkan situasi ini. Jika memang ada pangkalan bermain terlebih menjual elpiji khususnya 3 kilogram di atas harga eceran tertinggi (HET) masyarakat bisa melaporkan melalui Call Centre 135.
“Yang jelas Pertamina akan menindak tegas pangkalan yang menjual di atas HET,” tegas Satria.
Satria membeberkan, hingga saat ini sudah ada 32 pangkalan di Kalsel yang mendapat sanksi penghentian suplai elpiji hingga pencabutan izin pangkalan dari Pertamina.
Puluhan pangkalan ini disanksi lantaran ketahui berbuat curang, menjual elpiji di atas HET, dan menjual kepada pengecer.
“Terupdate, Pertamina sudah menindak 32 pangkalan dari 2020 – 2021. Untuk wilayah Kalimantan Selatan,” ungkapnya.
Pertamina ujar Satria akan terus melakukan pengawasan dari tingkat agen hingga pangkalan untuk memastikan tidak adanya kecurangan.
“Pengawasan pasti, kami juga perlu bantuan untuk laporan jika memang ada pangkalan yang jual di atas HET untuk di tindak,” katanya.
“Tapi ini untuk pangkalan, kalau pengencer bukan tanggungjawab Pertamina. Makanya elpiji melon itu dijual di pangkalan, supaya HET nya sama,” pungkasnya.