bakabar.com, JAKARTA - Dua belas tahun silam, tepatnya pada 6 Oktober 2010, Instagram pertama kali dirilis untuk pengguna Apple.
Aplikasi ini, boleh dibilang, menjadi inovasi terbaru dalam hal jejaring sosial berbasis foto dan video.
Tak butuh waktu lama bagi Instagram untuk mendunia. Sehari usai dirilis, media sosial ini berhasil mendapatkan 25.000 pengguna.
Bahkan, dua tahun berikutnya, aplikasi berlogo kamera itu diakuisisi oleh Facebook dengan nilai USD1 miliar.
Namun, di balik kesuksesan yang demikian, tentu perjalanan Instagram tak melulu berlangsung mulus.
Malahan, kerap mendapati banyak lika-liku, utamanya kegagalan dan konflik sinergi.
Lantas, bagaimana kisah Instagram yang kini sukses menjadi ‘album foto’ digital bagi jutaan pengguna internet?
Merangkum berbagai sumber, berikut cerita inspiratif di balik eksistensi media sosial berbasis foto dan video tersebut.
‘ATM’ dari Google dan Twitter
Instagram merupakan terbosan Kevin Systrome dan Mike Krieger. Keduanya adalah jebolan Universitas Stanford, Amerika Serikat, yang sebelumnya juga memiliki pengalaman kerja di Google dan Twitter.
Lantaran pernah bekerja di perusahaan teknologi ternama, Systrome dan Krieger tertarik untuk mengembangkan bisnisnya sendiri.
Dengan mengadopsi prinsip amati, tiru, dan modifikasi alias ‘ATM’, mereka mulai membuat Burbn.
Aplikasi tersebut memungkinkan pengguna untuk check-in, mengunggah rencana mereka, dan berbagi foto.
Namun, Systrome dan Krieger merasa media sosial buatannya itu terlampau mirip dengan aplikasi berbagi lokasi yang sudah populer terlebih dulu, Foursquare.
Alhasil, keduanya memutuskan untuk berfokus mengembangkan aplikasi berbagi foto dan video yang dilengkapi fitur likes serta comments.
Aplikasi itu pun lantas dinamakan sebagai Instagram – perpaduan kata ‘instant’ dan ‘gram’ yang berasal dari kata ‘telegram.’
‘Pengorbanan’ Kevin Systrome
Jauh sebelum Krieger bergabung, ternyata Systrome sudah jatuh bangun terlebih dahulu saat mengembangkan prototipe aplikasinya. Dia rela mengorbankan pekerjaan tetapnya alias resign, demi fokus pada Burbn.
Keputusan besarnya itu, boleh dibilang, bermula ketika Systrome telah mendapat ‘jaminan.’ Dia berhasil memperoleh sponsor dari Baseline Ventures dan Andreessen Horowitz senilai USD500 ribu.
Pendanaan awal inilah yang memungkinkan Systrom untuk mulai membangun timnya sendiri. Dia mulai merekrut orang untuk mendukung usahanya.
Mike Krieger yang merupakan insinyur perangkat lunak pun menjadi orang pertama yang bergabung dengan Systrome.
Kesuksesan di Awal Peluncuran
Systrom dan Kieger lantas mempelajari aplikasi terkemuka dalam kategori fotografi kala itu, Hipstamatic. Bagi keduanya, aplikasi tersebut populer karena memiliki fitur yang dapat diterapkan di foto, yakni filter.
Saat itulah, mereka ‘mundur’ selangkah dan mengembalikan Burbn ke fungsi foto, likes, serta comments.
Usai mengganti namanya menjadi Instagram, Systrom dan Kieger melakukan peningkatan pada pengalaman berbagi foto.
Butuh waktu delapan minggu bagi mereka untuk menyempurnakan Instagram. Keduanya pun menguji coba aplikasi tersebut dalam bentuk beta, lalu mengevaluasi kinerjanya.
Bukan main, pada akhir minggu pertama usai perlisiannya, Instagram telah diunduh 100.000 kali.
Beberapa bulan setelahnya, atau pada pertengahan Desember, jumlah pengguna telah mencapai satu juta.
Bahkan, hingga kini, Instagram masih menjadi media sosial yang banyak digandrungi pengguna internet. Apakah Anda termasuk salah satunya?