bakabar.com, MARTAPURA – Dalam suasana lebaran Idulfitri 1442 H, Warga Desa Pekauman Ulu melakukan “perang” meriam karbit di bantaran Sungai Martapura, Kamis (13/5) sejak siang hingga sore.
Suara keras menggelegar silih berganti. Perang meriam karbit dilakukan oleh dua kelompok warga yang saling bersebrangan, yang dibatasi Sungai Martapura.
Yakni antara warga Desa Pekauman Ulu dan Desa Mekar, Kecamatan Martapura Timur.
Kelompok Pekauman Ulu tampak belasan meriam yang terbuat dari besi itu berjejer menghadap ke arah Desa Keramat. Begitu juga sebaliknya.
Ukuran meriam bervariasi, dari yang kecil yang panjangnya tidak lebih dari 3 meter, hingga yang agak besar dengan panjang kurang lebih 5-6 meter berdiameter antara 20-25 centimeter.
Tampak warga antusias menonton pertempuran meriam karbit tersebut. Bahkan ada emak-emak yang berani menyalakan meriam karbit.
Menurut Hanafi, salah satu tokoh pemuda desa setempat mengatakan kegiatan meriam karbit ini sudah menjadi kebiasaan warga sejak ratusan tahun lalu, yang dilakukan tiap Ramadan dan puncaknya di hari lebaran.
Sehingga, menurutnya, sudah sangat melekat dengan masyarakat bahkan menjadi tradisi tahunan.
Perihal larangan menyalakan meriam karbit, ia berujar larangan hanya sampai malam hari lebaran saja.
“Tradisi ini patut dilestarikan, karena ini salah satu kearifan lokal. Warga sini pun antusias, ini buktinya kan banyak orang berdatangan untuk melihat langsung,” ujarnya kepada bakabar.com.
Selain itu, tambah Hanafi lagi, kegiatan meriam karbit ini juga berdampak positif bagi perekonomian warga sekitar.
“Lihat saja kios sampai dagangan di pinggir jalan semuanya dikerumuni pembeli,” katanya.
Ia berharap, ke depannya pemerintah tidak menghapus kegiatan meriam karbit ini, namun mengatur sedemikian rupa agar tetap berjalan dan aman.
Perang’ Meriam Karbit Dibubarkan Polisi, Satu Ditenggelamkan ke Sungai Martapura