bakabar.com, JAKARTA - Alquran kitab suci umat Islam merupakan lautan ilmu yang maha luas. Dalam Alquran, terdapat banyak penjelasan dan tuntunan seseorang dalam memahami agama.
Ustaz Lutfi Abdul Jabbar dalam kajiannya menyebut, Alquran banyak menunjukkan keterkaitan sebab dan akibat. Alquran dengan jelas menjelaskan apa-apa saja yang disebut dengan kebaikan dan kejelekan dan apa perbedaannya.
“Hukum alam dan hukum perintah itu ada hubungannya dengan sebab. Bahkan, Allah SWT menjadikan hukum dunia dan akhirat itu karena se bab dan amal,” ujar dia di Masjid Nurul Amal, Jakarta, belum lama ini.
Dalam QS Ibrahim ayat 7 dituliskan, “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.'”
Ia menyebut, barang siapa yang bersandar atau berserah pada takdir, merasa apa yang terjadi dalam hidupnya merupakan sebuah takdir dan tidak mau berusaha, hal tersebut masuk dalam ketelantaran. Tawakal atau berserah diri yang dilakukan salah dan cenderung menuju pada kebodohan.
Takdir yang diberi Allah SWT bisa dilawan dengan takdir pula. Contohnya, takdir sakit yang di beri Allah bisa dilawan dengan berusaha berobat agar sembuh. Orang yang paham akan agama disebut akan berusaha menempuh dan menjalani takdir ini demi mendapat takdir yang lain.
Contoh lainnya, yakni takdir masuk neraka. Takdir tersebut setidaknya bisa diusahakan ditolak dengan meningkatkan iman, berbuat saleh, dan beribadah ke pada Allah SWT. “Takdir dan usaha ini ada hubungannya. Permohonan atau doa dan usaha yang dilakukan berpengaruh da lam menjalani takdir,” lanjut dia.
Ia juga menyebut, orang yang hanya menggantungkan diri pada kerja atau usaha dan tidak berdoa, termasuk dalam ciri-ciri hamba yang lemah dalam iman. Bahkan, hal tersebut bisa masuk dalam kesombongan diri.
Ustaz Lutfi lalu menjelaskan perkara lain yang dapat mem bawa kebahagiaan sempurna bagi manusia. Yang pertama, seorang hamba harus tahu rincianrincian penyebab dari sebuah kejelekan dan kebahagiaan. Dia memiliki pandangan dalam memilih mana yang baik dan buruk dari memperhatikan kondisi saat ini atau belajar dari pengalaman orang lain.
Seseorang yang telah memahami akan sebab dan takdir harus menemukan jalan agar menemukan kebahagiaan. Jalan yang ditempuh ini di kemudian hari akan menjadi bagian dari hasil yang didapat. Karena itu, untuk mencari tahu mana jalan yang baik, harus dibarengi dengan ilmu. “Apa yang dilarang oleh Allah SWT sudah dipastikan jelek. Orang-orang yang melaku kan maksiat ini rata-rata karena tidak punya ilmu,” ujar dia.
Salah satu cara yang paling bermanfaat dalam mengambil ilmu adalah dengan tadabur Qur an. Dalam Alquran, dijelaskan semua cerita dan pelajaran ada tentang penyebab hal-hal yang dan buruk. Jika seseorang mau menuju kejayaan, cukup meng ikuti apa yang dijabarkan di Alquran, lalu berikutnya sunah.
Alquran dan hadis sunah merupakan hal yang berdampingan. Dua-duanya bersumber dari Allah SWT, di mana Nabi mengajarkan Alquran lewat hadis-hadisnya yang diizinkan Allah. Dalam QS an-Nahl ayat 89 Allah berfirman, “Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Alquran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”
Ustaz Lutfi mengajak jamaah untuk memperhatikan perilaku orang-orang di zaman dahulu dan membandingkan kisahnya de ngan yang dituliskan dalam Al quran dan hadis. Di sana, ada rincian-rincian bahwa yang dijelaskan Allah SWT dalam Alquran dan hadis adalah benar.
Setelah mengetahui sebab-sebab seseorang merasa bahagia, yakni kembali pada Alquran dan hadis, seorang hamba hendaknya berhati-hati tertipu dengan penyebab kebahagiaan itu. Ustaz Lufi mencontohkan, salah satu sebab bahagia adalah menikah.
Dijelaskan, dalam Alquran dan hadis bahwa menikah menuju pada sakinah. Tapi, ia meminta untuk berhati-hati tentang alasan atau penyebab sebuah pernikahan ini penting dan apa-apa yang harus dieprhatikan dalam sebuah pernikahan.
Ustaz Lutfi mengingatkan umat Islam untuk tidak terlena dan tertipu dengan amalannya. Orang yang menyepelekan ini bia sanya kurang dalam ilmu agama. Mereka hanya memperhatikan satu hal, tapi meng abai kan atau tidak memahami hal lainnya.
Baca Juga: Menengok Masjid Wadi Al Hussein, Saksi Mata Penyebaran Islam di Thailand
Baca Juga: Puluhan Ribu Jemaah Hadiri Haul Datu Sanggul ke-254
Sumber: Republika.co.id
Editor: Aprianoor