Tak Berkategori

Pendiri HDCI Bongkar Kesalahan Touring Moge Zaman Now

apahabar.com, JAKARTA – Seiring pertumbuhan jumlah pemilik motor gede alias moge, ternyata perilaku rider juga berubah…

Featured-Image
Indrodjojo Kusumonegoro alias Indro Warkop membeberkan perbedaan situasi touring zaman dulu dan sekarang. Foto: Tempo

bakabar.com, JAKARTA – Seiring pertumbuhan jumlah pemilik motor gede alias moge, ternyata perilaku rider juga berubah dari sopan menjadi garang.

Perubahan itu dirasakan benar oleh Indrodjojo Kusumonegoro yang notabene salah seorang pendiri Harley Davidson Club Indonesia (HDCI).

Pria yang lebih dikenal dengan nama Indro Warkop ini, diketahui sudah memegang moge bikinan Amerika Serikat itu sejak medio 1970.

Seperti dilansir CNN, Indro bercerita touring moge dahulu lebih terkesan sopan humanis, dan bahkan anti pengawalan.

“Saya pernah menyelenggarakan event internasional yang mungkin pertama di Indonesia sekitar 1990,” papar Indro.

“Event itu didukung Gubernur DKI dan Kapolri. Malah Kapolri juga memberi pengawalan, tapi saya minta mereka di belakang saja. Ini acara touring, bukan cepat-cepatan,” imbuhnya.

Meski tanpa pengawalan, selama perjalanan semua berjalan aman dan terkendali. Tidak terjadi gesekan antara pengendara dengan pengguna jalan lain.

“Tidak usah dikawal-kawal, karena si pengawal juga tidak tahu cara mengawal touring. Terlebih esensi touring adalah tur yang berarti senang menikmati perjalanan,” tegas Indro.

Indro mengingat touring di masa lalu bergantung kepada pimpinan rombongan, bukan pengawalan aparat.

“Kalau menggunakan pengawalan aparat, justru membuat konvoi lebih terasa kejar-kejaran. Kalau sudah kejar-kejaran, rider pun mulai tak mematuhi manajemen konvoi,” beber Indro.

“Malah senior saya yang notabene godfather tentara dan polisi, tidak pernah mau pakaia pengawalan. Kalau pun ada, pengawal diminta berada paling belakang,” imbuhnya.

Ketika diminta menjadi pimpinan rombongan, Indro tetap menggunakan sisi jalan yang biasa digunakan pengendara lain, berjalan beriringan tanpa membunyikan sirene atau lampu rotator.

“Justru senior saya menyenangi cara-cara itu. Kalau lampu merah, mereka juga berhenti. Dulu lebih menikmati perjalanan, ikut aturan dan tak sembarangan pakai sirine,” beber Indro.

“Beda dengan zaman now (sekarang), karena polisi ikut mengawal di depan. Kemudian pakai sirine dan lampu-lampu. Malah jalan sendiri saja menggunakan sirine,” tandas Indro.

Dalam beberapa hari terakhir, komunitas Harley Davidson mendapat sorotan negatif warga Kalimantan Selatan.

Penyebabnya mereka dapat melintasi Jembatan Sungai Alalak yang belum diresmikan, ketika masyarakat umum justru belum diperbolehkan menikmati fasilitas itu.

Diduga rombongan HDCI Indonesia Rally 2021 itu juga dikawal polisi, ketika melintasi jembatan.



Komentar
Banner
Banner