bakabar.com, JAKARTA - Publik sempat dibuat heboh, buntut dari insiden berdarah antara Tenaga Kerja Asing (TKA) dan tenaga kerja asal Indonesia di smelter nikel PT GNI. PT GNI merupakan perusahaan smelter nikel yang berlokasi di Morowali Utara, Sulawesi Tenggara.
Menanggapi kerusuhan yang terjadi di smelter PT GNI, Presiden Joko Widodo langsung memerintahkan agar para provokator di balik terjadinya kerusuhan itu ditindak tegas.
"Yang jelas beliau memerintahkan kepada kepolisian untuk menindak tegas pelaku tindak pidana atau pengrusakan dan pelaku pelanggar hukum, dan mengungkap seterang-terangnya," ujar Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melalui konferensi pers yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden, Senin (16/1/).
Baca Juga: Menperin Desak Bentrokan di PT GNI Diusut Tuntas
Bahkan, sebanyak 71 orang telah dimintai keterangan oleh pihak kepolisian. 17 orang diantaranya telah ditetapkan sebagai tersangka.
Pemerintah Tutup Mata
Banyak kalangan menilai, kerusuhan di PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) dipicu oleh kekecewaan antara buruh Indonesia dengan asing. Namun, Jaringan Advokasi Tambang atau JATAM menilainya lebih dari itu.
Anggota JATAM April Perlindungan menilai pemerintah tidak melihat secara utuh kejadian yang berujung maut itu. Bahwa sebenarnya ada akumulasi kekecewaan yang dirasakan oleh para buruh hingga mengakibatkan aksi yang berujung kericuhan.
"Sebetulnya tidak heran mengetahui pemerintah malah menginstruksikan pascakejadian untuk langsung menangkap para buruh dan narasi yang dibangun ada provokator lah, ada pihak luar yang mengompori," kata April, dalam diskusi JATAM, Jumat (20/1).
Baca Juga: PT GNI Buka Suara Pasca-Bentrokan di Smelter Berujung Maut
Menurutnya, kejadian tersebut harus dilihat secara utuh untuk mengetahui maksud dari aksi para karyawan Indonesia di PT. GNI.
“Penangkapan tersangka dari para pekerja, itu bisa diselesaikan dengan cara restorative justice. Agar para buruh juga bisa kembali bekerja di sana. Sehingga memang tidak ada proses yang berlanjut, itu harapan kita,” imbuhnya.
Bentrok Karyawan Smelter PT GNI
Bentrok antar-sesama karyawan smelter PT GNI yakni WNA asal China dan pekerja lokal di smelter nikel PT GNI menyebabkan dua orang tewas. Satu WNA asal China dan seorang orang pekerja lokal akhirnya meregang nyawa.
Kerusuhan meluas lantaran tak mampu dibendung oleh pihak aparat keamanan. Massa yang beringas akhirnya membakar beberapa alat berat di lokasi tambang. Video-video yang beredar di media sosial menunjukkan bentrok yang terjadi antara dua kelompok karyawan sehingga menjadi tontonan publik.
Baca Juga: Soal Bentrokan di PT GNI, Bupati Morowali Utara: Tolong Diluruskan Informasinya!
Jauh sebelum smelter nikel PT GNI diresmikan Jokowi hingga terjadi bentrokan pada 14 Januari kemarin, JATAM telah menemukan sejumlah kejahatan lingkungan dan kemanusiaan yang dilakukan PT GNI.
Pada 2018 saat pertama kali beroperasi di Bunta, Petasia Timur, pembangunan pembangkit listrik (PLTU batubara) dan pabrik smelter telah membendung sungai Lampi tanpa ada proses konsultasi dan pembebasan lahan. Bahkan, lahan-lahan produktif warga juga diklaim sepihak perusahaan, dan melarang warga untuk mengelola lahan-lahan itu.