bakabar.com, MARTAPURA - Menantu Sukirman, Arianto menyangkal pernyataan polisi yang menyatakan pembunuhan mertuanya dikarenakan tidak mengutangi kepada para pelaku.
"Tadi ada pihak kepolisian mengatakan masalah utang, itu tidak ada justru beliau [Sukirman] menawarkan es krim dan mampir ke rumah jika berjalan ke Kandangan," jelas menantu korban Arianto setelah rekonstruksi di Polres Banjar, Kamis (23/9).
Selain itu, Sukirman digambarkan sebagai orang yang royal dan tidak pelit dengan uang bahkan juga dagangannya.
"Beliau ini kami kenal dengan sosok yang pemurah, tidak pernah pelit dengan uang bahkan dagangannya, jika bilang minta saja pasti dikassih jangankan es krim uang juga," tuturnya.
Arianto merasa marah dengan apa yang terjadi kepada mertuanya. Bahkan dirinya pada saat jasad mertuanya ditemukan tidak memperbolehkan adik dan juga ibunya untuk melihat, karena begitu bengis apa yang telah dilakukan pelaku.
"Sungguh tidak manusiawi lagi, dicincang seperti binatang. Sampai-sampai ibu dan adik saya tidak diperbolehkan melihat jasad bapak," ungkapnya.
Karena hal ini, keluarga Sukirman meminta polisi untuk menjatuhkan pasal yang seberat-beratnya kepada pelaku.
"Kenapa pihak kepolisian tidak mengenakan pasal pembunuhan berencana, yang mana sudah jelas itu kelompoknya [pelaku] menunggu di lokasi itu sudah ada rencana, ditambah dengan membawa parang dan pisau," bebernya.
Dalam hal ini, Arianto mengungkapkan jika pihaknya memang belum ada mengutarakan hal tersebut kepada penyidik, hal tersebut dikarenakan pihak keluarga mengira dan mempercayai jika kepolisian lebih paham.
"Kami memang belum mengatakan kepada penyidik, mungkin mereka lebih tahu dan paham soal pasal-pasal ini, namun kami meminta hukuman seberat-beratnya kalo bisa dihukum mati," ujarnya.
Arianto bilang jika sang mertua adalah tulang punggung keluarga dari tiga orang anak yang dikenal tidak pernah mempunyai masalah dengan siapapun baik dengan ketiga pelaku.
"kenangan terakhir kami adalah pada hari Senin tanggal 26 April 2021 lalu ketika beliau hendak pergi berjualan," tuturnya.
Kenangan tersebut yang sangat membekas diingatan keluarga, pasalnya setelah sempat beberapa hari hilang, Sukirman ditemukan dengan kondisi yang sangat tragis di lereng gunung terkubur tumpukan tanah dengan dedaunan.
Diberitakan sebelumnya Polres Banjar sebelumnya menggelar reka ulang pembunuhan Sukirman di lapangan uji SIM Mapolres setempat, Kamis (23/9).
Sejak pagi hingga menjelang sore hari, 62 adegan pembunuhan Sukirman diperagakan oleh lima pelaku, yakni AJ (18), JA (20), dan ARD (14), dan MH (32) serta WR (30), orang tua daripada ARD dan AJ.
"Hari ini kita telah melakukan rekonstruksi kasus pembunuhan di Paramasan, untuk kendala selama penanganan tidak ada," ujar Kasat Reskrim Polres Banjar AKP Fransiskus Manaan kepada bakabar.com.
Dalam rekon, tampak peran AD (13) begitu menonjol ketimbang dua remaja lain. Meski lebih belia, bocah satu inilah yang mengajak AJ, dan J merampok Sukirman.
"Untuk keterlibatan semuanya, namun untuk yang mengajak memang si ARD untuk melakukan eksekusi," tutur Frans.
Fakta Baru! Motif Lain Pembunuhan Paman Es Kandangan di Paramasan