Hot Borneo

Pembagian BLT BBM di HSS, Sejumlah Warga Terlewat

apahabar.com, KANDANGAN – Meski berlangsung tanpa hambatan, terdapat sejumlah warga Hulu Sungai Selatan (HSS) yang terlewat…

Featured-Image
Masyarakat menunggu antrean pembagian BLT BBM dan sembako di Kantor Pos Kandangan. Foto: Prokopim Setda HSS

bakabar.com, KANDANGAN – Meski berlangsung tanpa hambatan, terdapat sejumlah warga Hulu Sungai Selatan (HSS) yang terlewat mendapatkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari Kementerian Sosial.

Berdasarkan data Dinas Sosial HSS, jumlah penerima BLT tercatat sebanyak 14.453 orang. Sedangkan bantuan ini dibayar tunai melalui Kantor Pos, kantor desa dan kantor kecamatan.

Bantuan yang diterima senilai Rp500 ribu dengan rinciannya BLT BBM Rp300 ribu, ditambah bantuan sembako dengan nominal Rp200 ribu untuk satu bulan.

Adapun BLT BBM diterima sebanyak dua kali, sehingga Keluarga Penerima Manfaat (KPM) akan menerima total Rp600 ribu. Pencairan tahap kedua dijadwalkan Desember 2022.

Namun belum semua BLT diterima oleh yang berhak. Terselip sejumlah warga belum menerima bantuan dengan berbagai latar belakang.

“Dari laporan yang diterima, seorang warga belum mendapatkan BLT BBM dan sembako, meski telah terdaftar sebagai penerima Program Keluarga Harapan (PKH),” papar Kepala Dinas Sosial HSS, Nordiansyah, Rabu (14/9).

“Pelaporan tersebut akan segera ditindaklanjuti dan mencari tahu penyebab warga tersebut tertinggal,” imbuhnya.

Sementara laporan warga yang terlewati, juga ditemukan di Desa Tibung Jaya. Dari 41 KPM, seorang di antaranya tercatat belum menerima.

“Setelah dilakukan pengecekan ulang, ternyata warga tersebut menolak divaksin Covid-19. Padahal salah satu syarat menerima BLT adalah sudah harus divaksin,” papar Wagito Munawar, Kepala Desa Tibung Raya.

Sebaliknya di Desa Madang, semua dari total 61 KPM telah mendapatkan hak masing-masing, sejak BLT dibagikan, Jumat (9/9).

“Tentu masyarakat terbantu dengan BLT. Apalagi akibat BBM naik, harga barang pokok juga ikut naik,” jelas Suriani, Kepala Desa Madang.

“Sebaliknya ketika semua harga naik, harga jual karet malah turun di tingkat petani. Dari awalnya Rp10 ribu, sekarang cuma Rp6.500 per kilogram,” tegasnya.



Komentar
Banner
Banner