Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan para pembeli, bunga yang diperdagangkan bukan hanya dari kota Banyuwangi saja, namun ada yang dari Jember dan juga Bali.
Pedagang lainnya, Firda menjelaskan bahwa pedagang bunga dadakan ini hanya muncul saat momen-momen tertentu. Salah satunya saat menjelang Ramadan ini. Sementara itu, pembeli paling ramai datang saat pagi dan sore hari.
Baca Juga: Menyusuri Tradisi Nyadran di Lereng Damalung
"Biasanya mulai ramai sekitar pukul 9 pagi dan sekitar pukul 3 sore," katanya.
Hasilnya dari berjualan bunga pun tergolong lumayan. Ita, Firda, dan para pedagang kembang lainnya bisa meraup uang antara Rp500 ribu hingga Rp1 juta per hari.
"Iya, kalau sampai sore bisa dapat sampai Rp1 juta," ujar Firda.
Sementara itu, salah satu pembeli Eni mengaku merasa terbantu dengan adanya pedagang bunga tersebut. Sebab, iya tak perlu repot lagi harus mencari bunga untuk menyekar di makam keluarganya.
"Saya sudah biasa beli keperluan nyekar di pasar," ujar Eni pada bakabar.com.
Diketahui, Para pembeli bunga di Pasar Banyuwangi bukan hanya berasal dari kecamatan setempat. Warga dari daerah lain yang kebetulan sedang melintas turut membeli bunga untuk menyekar makam leluhurnya.
Baca Juga: Kompleks Pemakaman Gunungpring Magelang Ramai Dipadati Peziarah
Sekadar diketahui, nyekar merupakan salah satu tradisi masyarakat muslim di Jawa. Mereka memanfaatkan momen-momen khusus seperti menjelang Ramadan untuk berkunjung ke kuburan sesepuhnya.
Selain menabur bunga, mereka (masyarakat) muslim biasanya turut membersihkan makam dan membacakan doa setiap kali menyekar di makam.