bakabar.com, JAKARTA - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto melakukan kontra narasi yang dilayangkan Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh yang menyindir kinerja pemerintahan Jokowi.
Surya Paloh sempat menyebut revolusi mental era Jokowi tak sesuai harapan dalam Apel Siaga Perubahan Partai NasDem, Minggu (16/7).
"Menyampaikannya (sindiran terhadap revolusi mental Jokowi) kan ketika pesertanya (Apel Siaga Perubahan) pada pergi. Jadi, pesertanya sudah pergi kalau kita lihat monitornya," sindir Hasto, Senin (17/7) kemarin.
Baca Juga: Hasto Bantah Isu Effendi Simbolon Pindah Partai, Dia Tetap 'Merah'
Hasto menambahkan bahwa Partai NasDem menjadi salah satu alasan revolusi mental Jokowi terhambat yang merujuk pada Jaksa Agung periode pertama Jokowi, HM Prasetyo yang merupakan kader NasDem lantaran menyalahgunakan instrumen hukum.
"Tetapi dari evaluasi yang dilakukan, salah satu aspek revolusi mental mengalami hambatan karena saat itu ada yang menyalahgunakan hukum melalui Jaksa Agung sebagai instrumen kekuasaannya, sehingga itu seharusnya sebelum menyampaikan kepada publik," jelasnya.
Semula Hasto enggan berkomentar dengan sentilan Surya Paloh, namun dirinya merasa perlu memberi tanggapan karena telah menyerang Jokowi.
Baca Juga: Surya Paloh: Jhonny Plate Terlalu Mahal untuk Diborgol
"Tapi PDIP kan tidak mencampuri urusan partai lain hanya ketika ini sudah menyentuh presiden Jokowi ya kami memberikan tanggapan," ujarnya.
"Sebaiknya daripada memercik air didulang ke muka sendiri, ya lebih baik kalau menyampaikan ke kepada masyarakat itu harus disertai suatu kajian yang objektif," pungkasnya.
Sebelumnya Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh melayangkan sindiran bahwa revolusi mental di era pemerintahan Jokowi tak maksimal.
Baca Juga: NasDem Sebut Putusan MK Sejalan dengan Detak Demokrasi
Apalagi di tahun 2014, NasDem mendukung Jokowi untuk menjadi presiden karena dinilai sebagai sosok yang tepat untuk membawa perubahan.
"Kita memberikan dukungan secara totalitas, kenapa? Karena kita mempunyai keyakinan dengan konsepsi, gagasan, dan pemikiran (Jokowi) yang sama dengan apa yang kita miliki," kata Paloh.
"Tapi, sayang seribu sayang, harapan belum menjadi kenyataan, apa yang harus berani kita nyatakan tenggelam," lanjutnya.