bakabar.com, BANJARMASIN - Pasar masih mencermati perkembangan terbaru pasca Presiden AS Donald Trump positif Covid-19. Karena itulah pada Senin (5/10) ini, harga emas dunia di pasar spot cenderung flat.
Pada 08.30 WIB, harga logam mulia emas dibanderol US$ 1.899,2/troy ons atau naik sangat tipis sebesar 0,03%. Harga logam kuning itu memang sempat menyentuh level di atas US$ 1.900/troy ons minggu lalu. Namun tak bertahan lama dan berbalik arah.
Kabar Presiden Donald Trump positif Covid-19 menunjukkan adanya risiko ketidakpastian di pasar. Apabila kondisi Trump kian memburuk, maka risiko ketidakpastian menjadi semakin tinggi sehingga bagus untuk emas.
Hanya saja, pergerakan emas dan saham belakangan seirama. Faktor yang dapat menggerus sentimen positif untuk emas itu adalah ketika orang mulai kembali memilih uang tunai (cash) sehingga melikuidasi posisinya di emas.
Selain itu ,kelanjutan seputar stimulus bantuan Covid-19 juga akan menjadi faktor lain yang dipertimbangkan oleh pasar.
“Dengan kondisi Trump yang seperti kita tahu sekarang, apakah pemerintah bisa meloloskan paket stimulus sebelum pemilu? Pasar butuh hal ini. Jika mereka tak mendapatkannya ini menjadi masalah bagi saham dan emas,” kata Peter Hug Kepala Trading Logam Global Kitco.
Sementara itu dokter yang berbeda pendapat terkait kondisi Trump membuat pasar juga kebingungan. Banyak dokter yang mengatakan kondisi Presiden AS ke-45 itu mulai membaik.
Namun pernyataan berbeda keluar dari mulut Dr. Sean Conley yang mengatakan bahwa kondisi presiden justru memburuk. Conley mengatakan kadar oksigen darah Trump turun dan pria berusia 74 tahun itu mengalami demam tinggi, melansir Reuters.
Dokter lain yang tidak terlibat dalam penanganan Trump pun ikut berkomentar soal kasus ini. Tingkat keparahan Trump terlihat dari pemberian obat untuknya. Reuters melaporkan Trump diberi obat anti inflamasi dexamethasone, injeksi Remdesivir serta antibodi eksperimental buatan Regeneron.
Melihat realita ini, Hug membuat dua skenario untuk harga emas ke depan. Pada skenario terburuk jika pasar melakukan aksi likuidasi atas emas dan memilih cash akibat kondisi Trump yang makin mengkhawatirkan, maka logam kuning tersebut berpotensi melorot ke US$ 1.850 dan bahkan ke US$ 1.800.
Skenario terbaiknya adalah kondisi Trump masih memungkinkan untuk bekerja dan paket stimulus Covid-19 lanjutan goal, hal ini bisa mendongkrak harga logam kuning tersebut ke US$ 1.925. Apabila level tersebut bisa tercapai maka jalan menuju US$ 1.975 menjadi lebih mudah.
Bagaimanapun juga survei yang dilakukan oleh Kitco terhadap analis di Wall Street menunjukkan bahwa pekan ini 63% analis yang disurvei mengatakan logam kuning tersebut bakal naik. Sebanyak 13% memproyeksi harga emas bakal turun (bearish) dan sisanya netral.
Faktor yang perlu dicermati untuk pekan ini adalah debat Calon Wakil Presiden AS antara Mike Pence dan Kamala Haris yang akan dihelat pada 7 Oktober nanti. Selain itu pasar juga menanti rilis minutes of meeting dari the Fed.
Kemungkinan isi dari dokumen tersebut tak akan jauh berbeda dengan apa yang disampaikan sang ketua bank sentral AS Jerome Powell September lalu. The Fed akan menahan suku bunga rendah untuk jangka waktu yang panjang setidaknya sampai 2023 (lower for longer).
Di sisi lain pasar juga masih akan memantau kelanjutan stimulus Covid-19 tambahan. Dengan segala ketidakpastian yang ada hingga kebijakan moneter yang ultra longgar serta stimulus jumbo yang digelontorkan, fundamental emas menjadi kokoh dan prospek jangka menengah serta panjangnya dinilai masih positif.
Maklum suku bunga rendah dan peningkatan pasokan uang membuat nilai tukar terdepresiasi dan ekspektasi akan inflasi tinggi terjadi. Investor pun mencari suaka untuk lindung nilai (hedging) ke emas. Inilah yang membuat emas menguat signifikan sepanjang tahun ini.