bakabar.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menjelaskan, Indonesia masih impor produk pangan hingga kini.
Menurut Tauhid, ada beberapa faktor yang mempengaruhi di antaranya, faktor iklim dan kondisi geografis Indonesia. Beberapa komoditas terdampak, di antaranya gandum, kedelai, dan bawang putih.
"Misalkan bawang putih itu produksinya harus di negara sub tropis. Kemudian kedelai itu juga tidak bisa tumbuh di tanah kita. Bawang putih ada tapi produksinya rendah untuk kualitas yang bagus," kata Tauhid kepada bakabar.com, Senin (10/7).
Kendati demikian, ia menyebut inovasi pangan Indonesia masih kurang, utamanya mengatasi kendala iklim. Untuk itu, kata Tauhid, pemerintah harus lebih kreatif dalam menghasilkan inovasi terkait peningkatan produksi bahan pangan yang dapat tumbuh di Indonesia. Hal tersebut perlu dilakukan agar Indonesia tidak selalu bergantung pada impor ketika pasokan pangan menipis.
Baca Juga: Investasi-Mekanisasi Pertanian, CIPS: Bantu Atasi Tantangan Pangan
"Saya kira tumpukan ekosistem inovasi mulai dari infrastruktur inovasi, anggaran untuk inovasi kelembagaaan, kemudian regulasi termasuk sumber daya manusia," ujarnya.
Menurut Tauhid, sejumlah pasokan pangan dapat terpenuhi apabila pemerintah memiliki inovasi yang terbaik. Hal lainnya adalah pemberian insentif dan harga yang kompetitif terhadap petani.
"Kebijakan yang lebih bisa memberikan insentif bagi para produsen komoditas, di samping juga berkaitan dengan harga yang kompetitif yang bisa memberikan motivasi bagi orang yang menanam," paparnya.
Sebelumnya, Perkumpulan Ekonom Untuk Indonesia (EUI) menyoroti kebutuhan bahan pangan Indonesia yang sangat tergantung pada pasar impor. Enam dari dari sembilan barang kebutuhan pokok disebut harus dicukupi dari negara lain seperti beras, susu, bawang, garam, daging, dan gula.
Baca Juga: Antisipasi El Nino bagi Ketahanan Pangan, Ini Strategi Bapanas
Negara sesubur Indonesia bahkan mengalami defisit perdagangan buah dan sayur rata-rata Rp19 triliun per tahun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor beras sebanyak 429.207 ton sepanjang 2022, meningkat 5% dibanding tahun sebelumnya (yoy).
Pada 2022 India menjadi negara asal impor beras terbesar, diikuti Pakistan, Vietnam, Thailand, dan Myanmar. Untuk tahun 2023, pemerintah Indonesia berencana kembali mengimpor beras dari negara-negara tersebut, namun total volumenya naik jadi 2 juta ton.