Habar Ramadan

[OPINI] Rindu Salat Tarawih...

SALAH satu hal yang dirindukan dari bulan Ramadan adalah kebersamaan. Kebersamaan salat berjamaah di masjid, kebersamaan makan sahur, kebersamaan berbuka puasa,

Featured-Image
Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin menjelang senja. Foto: Pinterest/Ediwawan

Oleh: KH Nasrullah AR

SALAH satu hal yang dirindukan dari bulan Ramadan adalah kebersamaan. Kebersamaan salat berjamaah di masjid, kebersamaan makan sahur, kebersamaan berbuka puasa, kebersamaan dalam berbagi. Mulai zakat fitrah hingga infak dan sedekah.

Namun hal paling dirindukan dari Ramadan adalah adalah salat tarawih berjamaah yang tidak ada di sebelas bulan lainnya selama setahun.

Kebersamaan itu adalah kekuatan. Kekuatan iman, kekuatan dalam membangun solidaritas untuk membatu sesama yang kurang mampu.

Bagi saya, salat berjamaah selama Ramadan, khususnya tarawih telah terbangun silaturahmi serta sebagai majelis ilmu, karena selalu diselipkan kuliah 7 menit (kultum) yakni ceramah singkat sebelum dimulainya tarawih oleh para dai yang mencerahkan. 

Setelah Ramadan 1444 H, belum tentu bisa bertemu kembali kepada Ramadan tahun depan, karena ajal memang tak ada yang tahu. Semuanya itu rahasia Allah SWT.

Ramadan tahun ini, kita masih bersama-sama, tahun depan tidak bisa kita pastikan. Karenanya, dalam doa selalu dipanjatkan agar diberikan kesehatan, dipanjangkan umur sehingga bisa bertemu dengan Ramadan berikutnya.

Ketika salat tarawih, saya bertemu teman-teman yang sudah lama tidak berjumpa. Terutama di hari-hari terakhir Ramadan ketika teman-teman saya yang merantau jauh, mudik kembali pulang ke kampung halaman.

Silaturahmi yang lama putus, terjalin kembali ketika Ramadan. 

Rasulullah SAW bersabda: "barang siapa yang suka dilunaskan rizkinya dan ditangguhkan kematiannya, hendaklah ia menyambung silaturahmi." (Sahiih Al Bukhaariy No. 2067).

Bagi saya, tarawih adalah kebersamaan yang paling kuat di antara kebersamaan-kebersamaan lain selama bulan suci Ramadan. Selain terbangun silaturahmi yang luas, tarawih juga mencerminkan kekuatan Islam, disatukan dalam keberagaman.

Begitu pula kekuatan individu umat Islam terlihat di akhir Ramadan, terukur dari berkurang atau tidaknya jumlah jemaah yang melaksanakan tarawih berjemaah.

Makanya salat tarawih tidak akan saya ditinggalkan, sebab hanya bertemu selama Ramadan saja.

Namun tidak juga meninggalkan salat fardu, karena itu berdosa. Jika meninggalkan salat lima waktu, maka puasa tidak akan sempurna.

Semua yang ada di bulan Ramadan saya rindukan. Selain ibadah, juga kebersamaan ketika berbuka puasa, makan sahur, berburu takjil dan lain-lain. Aktivitas yang sudah menjadi kebiasan di setiap Ramadan.

Tapi sekali lagi yang paling saya rindukan adalah salat tarawih.

Tarawih telah menjadi jembatan penghubung silaturahmi yang terputus. Tarawih juga telah meningkatkan pemahaman tentang Islam, dengan penambahan ilmu dari kultum yang disampaikan para dai.

Tarawih juga menjadi kenangan ketika kecil, ayah membawa saya ke masjid sebagai cikal bakal hingga dewasa selalu berkeinginan memakmurkan masjid.

Tarawih juga meningkatkan kerinduan kepada Rasulullah dengan terusnya bersalawat dan ajakan yang terus dikumandangkan imam, bilal, dan juga para penceramah.

*Penulis adalah Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalsel, serta Wakil Ketua 1 Nahdlatul Ulama (NU) Kalsel.

Editor


Komentar
Banner
Banner