LIFESTYLE

Nyamuk Anopheles, Gigitannya Bisa Berbahaya dan Fatal

Banyak penyakit mematikan disebabkan oleh gigitan nyamuk. Salah satu nyamuk yang berbahaya adalah Anophles, penular malaria.

Featured-Image
Nyamuk anopheles sedang menghisap darah. Sumber-google

bakabar.com, JAKARTA - Banyak penyakit mematikan disebabkan oleh gigitan nyamuk. Salah satu nyamuk yang berbahaya adalah Anophles, penular malaria.

Jika selama ini kita akrab dengan nyamuk aedes aegepty atau aedes albopictus yang menyebabkan demam berdarah, chikungunya dan virus Zika, maka ada satu lagi nyamuk yang dikenal berbahaya yaitu nyamuk Anopheles. Nyamuk ini adalah nyamuk yang menyebabkan terjadinya malaria pada manusia yang digigitnya.

Ada sekitar 400 spesies nyamuk Anopheles, tapi hanya 30 sampai 40 yang menyebarkan penyakit malaria secara alami. Parasit plasmodium yang ditularkan nyamuk ini menyerang sel darah merah. Hanya nyamuk Anospheles betina yang menularkan penyakit ini, dan biasanya mereka menggigit ketika dalam keadaan gelap atau malam hari.

Nyamuk Anopheles memiliki ciri-ciri umum berwarna abu-abu kehitaman, posisi badan menukik sekitar 45 derajat dengan kepala lebih rendah, dan ukurannya lebih besar. Sementara nyamuk aedes aegepty memiliki ciri-ciri kepala dan badan sejajar.

Baca Juga: Hari Malaria Sedunia: Kenapa Papua Jadi 'Penyumbang' Terbesar di Indonesia?

"Hati-hati jika melihat nyamuk Anopheles, ciri-ciri umumnya yakni warna abu-abu kehitaman, posisi badan menukik sekitar 45 derajat dengan kepala lebih rendah, dan ukurannya lebih besar," ujar Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Iman Firmansyah dalam diskusi mengenai cara pencegahan penularan malaria saat mudik yang diikuti secara daring di Jakarta, seperti dikutip dari Antara.

Nyamuk ini banyak terdapat pada daerah dengan iklim sedang khususnya di benua Afrika dan India. Di Indonesia ada beberapa wilayah yang juga menjadi tempat penyebaran nyamuk Anopheles ini. Umumnya, nyamuk ini ada di wilayah rawa-rawa, pegunungan dan pesisir pantai. Daerah endemis malaria di Indonesia adalah di wilayah Papua, sebagian Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan wilayah Jawa bagian selatan.

Sedangkan daerah yang dinyatakan bebas malaria adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Bali. Bebas bukan berarti sama sekali tak ada yang terjangkit, sebab bisa saja ada kasus impor, yaitu penyakit malaria dibawa oleh orang yang pergi dari daerah endemis ke daerah yang dinyatakan bebas malaria.

Baca Juga: Awas! Tiga Kabupaten di Kalsel Belum Bebas Malaria

"Terdapat kasus yang biasanya kita sebut sebagai kasus impor, dimana penyakit malaria dibawa oleh orang yang pergi dari daerah endemis ke daerah yang dinyatakan bebas malaria," ujar dokter yang juga berpraktik di RS Pusat Infeksi Sulianti Saroso Jakarta itu.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan, pada tahun 2020 terdapat lebih dari 200ribu kasus penyakit malaria. Jumlah ini menurun drastis di tahun 2021, di mana hanya terdapat lebih dari 90 ribu kasus Malaria. Kementerian Kesehatan menargetkan Indonesia akan bebas dari penyakit Malaria pada 2030 dengan 347 dari 514 atau 68 persen kabupaten/kota di Indonesia sudah dinyatakan mencapai status eliminasi malaria per 2021.

Editor


Komentar
Banner
Banner