Geliat UKM

Meski Menggunakan Aplikasi, Pelaku UKM Belum Akrab dengan Transaksi Daring

LM FEB UI memaparkan hasil survei tentang beberapa tantangan yang dihadapi UKM yang belum akrab dengan transaksi daring (online).

Featured-Image
Calon konsumen melihat produk fesyen di ponsel melalui sebuah aplikasi jual beli daring di Bandung, Jawa Barat, Jumat (3/12/2021). Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat mencatat Provinsi Jawa Barat menempati peringkat pertama untuk transaksi e-commerce secara nasional yang jumlahnya mencapai Rp15,02 triliun dengan angka terbesar dicatatkan sektor fesyen, ponsel, dan perlengkapan aksesori lainnya. Foto: ANTARA

bakabar.com, JAKARTA - Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) memaparkan hasil survei tentang beberapa tantangan yang dihadapi UKM yang belum akrab dengan transaksi daring (online).

Kepala UKM Center FEB UI Zahra Kemala melalui keterangan tertulis yang diterima bakabar.com di Jakarta, Sabtu (11/2) mengatakan hasil survei menunjukkan bahwa pelaku UKM sudah mulai aktif menggunakan aplikasi pesan instan dan media sosial.

"Namun masih belum terlalu familiar dengan e-commerce, baik itu dalam kegiatan membeli maupun menjual," jelasnya. 

Survei UKM Center FEB UI mencatat sebanyak 61 persen pemilik UMKM berumur lebih dari 40 tahun, 37 persen berumur 25-40 tahun, dan 2 persen berumur kurang dari 25 tahun.

Baca Juga: Kemenkop UKM Siap Fasilitasi Ekosistem Khusus UKM Kota Baru CINITY

Sementara dari tingkat pendidikan, didominasi oleh lulusan SMA sebanyak 40 persen, lulusan SD sebanyak 22 persen, lulusan SMP sebanyak 21 persen.

"Adapun pemegang gelar sarjana/master/doktor sebanyak 11 persen serta sebanyak 6 persen tidak memiliki latar belakang pendidikan," jelasnya.

Zahra mengungkapkan masih banyak pelaku UKM yang memiliki kerangka pikir tradisional, gadget yang outdated, waktu yang terbatas karena sibuk dengan aktivitas jual beli, infrastruktur jaringan yang terbatas, dan kurangnya akses terhadap informasi.

Untuk itu, pemerintah perlu membuat peta jalan digitalisasi UKM, mengadakan pelatihan digital yang disesuaikan dengan segmentasi pasar, meningkatkan standar pelayanan ekosistem digital, dan perlu adanya suatu komunitas yang dapat saling mendukung praktik digitalisasi UKM.

Baca Juga: Kemenkop UKM Pastikan Pabrik Minyak Makan Merah Mulai Produksi Tahun 2023

"Berdasarkan pengalaman terdahulu, pelatihan digitalisasi perlu dilakukan kepada seluruh karyawan, tidak hanya pemilik usaha karena sering kali materi tidak tersampaikan dengan efektif sampai level pelaksana sehingga menghambat proses transfer ilmu yang dilakukan oleh pemerintah," ujar dia.

Sementara itu, Kepala Divisi Digital Economy ILUNI FEB UI Imanul Hakim Camil memberikan alternatif lain untuk pengembangan UKM. Berdasarkan pengalamannya, jauh lebih efektif menggunakan skema super offtaker dari pada program pendampingan.

"Jadi bentuk usahanya yang dimitrakan dengan merek dan kualitas yang sudah terjamin agar omzet lebih terjaga karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa pelaku UKM selalu fokus ke omzet penjualan," kata Imanul.

Hal itu membuat pelaku UKM kesulitan untuk mengikuti program pelatihan maupun pendampingan yang mengorbankan banyak waktu dan tenaga yang bisa dialokasikan untuk berjualan.

Baca Juga: Kemenkop UKM Sasar Perguruan Tinggi untuk Kejar Rasio Kewirausahaan

Adapun, kata dia, tujuan dari skema tersebut adalah terciptanya sebuah ekosistem dengan omzet UKM yang sehat. "Bentuk kerja samanya akan lebih banyak melibatkan BUMDes (Badan Usaha Milik Desa)," ucap dia.

Berbeda dengan yang lain, staf pengajar FEB UI Hapsari Setyowardhani justru menggagas perlu satu big data yang dikelola pemerintah sebagai "database" UMKM seluruh Indonesia.

Database itu dapat digunakan oleh berbagai instansi pemerintahan maupun oleh pelaku UMKM untuk keperluan pemetaan pasar dan mengelola persaingan.

Baca Juga: Kemenkop UKM Optimis Masukan 98 Persen Produk UMKM ke E-Katalog 2022

"Selain itu, perlu adanya dukungan dari pemerintah lokal seperti pemda atau pemkot dalam hal pendampingan UMKM naik kelas," kata Hapsari.

Juga optimalisasi lokalisasi layanan perlu dilakukan oleh pemerintah, terutama untuk usaha kuliner

Editor


Komentar
Banner
Banner