Hot Borneo

Meski Berkurang, Kandungan Minyak di Sungai Alalak Masih Sulit Ditoleransi

Meski mulai berkurang, kandungan minyak yang tumpah dari sebuah kapal di Sungai Alalak masih belum bisa ditoleransi.

Featured-Image
Salah seorang warga Sungai Awang memperlihatkan tumpahan minyak yang tumpah dari sebuah kapal pengangkut di dekat Jembatan Alalak II. Foto: apahabar.com/Riyadh Dafhi

bakabar.com, BANJARMASIN – Meski mulai berkurang, kandungan minyak yang tumpah dari sebuah kapal di Sungai Alalak masih belum bisa ditoleransi.

Kapal pengangkut minyak jenis HSFO atau High Sulphur Fuel Oil, kandas dan karam di Sungai Alalak, tepatnya di dekat Jembatan Alalak II atau perbatasan Barito Kuala dengan Banjarmasin, Kamis (11/8).

Adapun penyebab kejadian tersebut dipengaruhi pasang surut sungai, ketika kapal sedang tambat. Dalam posisi miring mengikuti dasar sungai yang mendangkal, minyak akhirnya tumpah.

Selanjutnya tumpahan minyak dibawa arus beberapa kilometer ke arah hulu dan hilir, termasuk perairan Sungai Awang di Sungai Andai, Banjarmasin Utara.

Diketahui insiden tersebut sudah diinvestigasi Sat Polair Polres Barito Kuala. Sedangkan sampel air juga mulai diperiksa Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Batola.

Baca juga:Tumpahan Minyak Dari Kapal Cemari Sungai Alalak, Polres Batola Buka Investigasi

Baca juga:Kapal Pengangkut Oli Karam di Sungai Alalak, Latihan Atlet Dayung Banjarmasin Terganggu

Kemudian untuk mengurangi dampak, perusahaan pemilik kapal diinstruksikan menabur eceng gondok atau ilung di sepanjang sungai yang tercemar.

Diyakini tumbuhan yang mempunyai tangkai menggelembung dan berongga ini dapat menyerap logam berat, merkuri, nikel, hingga residu pestisida.

Lantas sedikitnya 10 kapal kayu berukuran besar atau biasa disebut kapal tiung, diturunkan untuk menyebar eceng gondok dari Sungai Awang ke arah Banua Anyar.

Memang selain di Sungai Awang, tumpahan minyak juga sampai ke perairan Sungai Martapura di Benua Anyar, Banjarmasin Timur.

Untungnya dampak buruk minyak belum menyebabkan ikan-ikan dalam tambak masyarakat mati.

“Memang sekarang sudah berkurang. Kalau sehari setelah kejadian, air sungai sampai hitam. Tidak sedikit ikan juga mati,” papar Aman, salah seorang warga Sungai Awang, Sabtu (13/8).

Meski begitu, anak-anak masih terlihat mandi di sungai. Namun ketika keluar dari sungai, tampak bekas minyak di tubuh mereka.

“Sedianya air masih belum dapat dipakai untuk mandi hingga mencuci perabot rumah tangga. Namun bagaimana lagi, tetap saya saya pakai untuk mandi,” imbuh Aman.



Komentar
Banner
Banner