Lebaran 2023

Meriahnya Tradisi Adat Keboan, Arak-arakan hingga Siraman Air

Warga masyarakat Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi memiliki tradisi unik untuk mengakhiri Lebaran Idul Fitri atau syawalan setiap tahunya,(30/4).

Featured-Image
Ratusan warga Boyolangu mengikuti iring-iringan kebo-keboan keliling kampung (30/4), apahabar.com/Mohamad Abdul

bakabar.com, BANYUWANGI - Warga masyarakat Kelurahan Boyolangu, Giri, Banyuwangi memiliki tradisi unik setiap mengakhiri lebaran Idulfitri atau syawalan tiap tahunya (30/4). Setiap tanggal 9 syawal dalam kalender Islam, ratusan warga menggelar tradisi kebo-keboan.

Kerbau jadi-jadian yang diperankan oleh pemuda setempat diarak keliling kampung lengkap dengan alat pembajak sawah, atau yang dikenal dengan "singkal".

Tak hanya itu, dalam prosesi arak-arakan juga diwarnai perang air antara warga kampung. Praktis, siraman air menambah keseruan tradisi, sekaligus untuk mengenang leluhur mereka yang telah berhasil membuka lahan pertanian di Boyolangu untuk pertama kalinya.

"Sebelum dimulainya tradisi, tiruan kepala kerbau ditempatkan di atas makam Buyut Kapluk," kata Dharma, Ketua pemuda Boyolangu

Baca Juga: Ratusan Warga Binaan Lapas Banyuwangi Dapat Remisi Idulfitri, 1 Langsung Bebas

Setelah ditaruh di atas makam tersebut, lanjut pemuda 33 tersebut, tiruan kepala kerbau dipasangkan pada dua orang pemeran kebo-keboan untuk diarak keliling kampung beserta ratusan warga.

"Tradisi ini kita lakukan untuk menghargai perjuangan para leluhur yang berjasa bagi masyarakat," jelas Dharma

Baca Juga: Mudik dengan Sleeper Bus Jakarta - Banyuwangi, Serasa Tidur di Hotel

Arak-arakan dimulai dari perbatasan desa hingga pusat desa. Bahkan, kedua pemain kebo-keboan yang setengah kesurupan tampak kegirangan saat terkena air selayaknya kerbau sungguhan.

Pantauan bakabar.com, kerbau jadi-jadian itu akan berhenti dan memutar-mutar di setiap perempatan seperti kerbau sedang membajak sawah. Sementara warga yang terus mengikuti arak-arakan tak segan menggoda kedua kerbau tersebut dengan menyirami air.

Sehingga perang antarwarga pun tak terhindarkan. Meski harus berbasah-basahan, warga tampak antusias mengikuti tradisi ini hingga usai.

"Tradisi ini sekaligus sebagai sarana warga agar tidak begitu saja melupakan jasa leluhur serta hilang di tengah perkembangan zaman yang makin modern," cetusnya

"Arak-arakan ini juga diiringi dengan kesenian tradisional seperti Baleganjur dan Barong," pungkas Dharma kepada bakabar.com

Editor


Komentar
Banner
Banner