bakabar.com, BARABAI - Masyarakat Hulu Sungai Tengah, khususnya di Desa Buluan Kecamatan Pandawan, merayakan malam kedua lebaran Idul Fitri 1440 Hijriyah dengan menggelar "perang" meriam karbit pada Rabu (6/6/2019) malam.
Kemeriahan itu pun menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat sekitar. Para pengunjung ramai berdatangan, hingga banyak pedagang kaki lima yang menggelar jualan.
Baca Juga: Rumdin Wali Kota Ibnu Sina Kebanjiran Pengunjung
Kantong-kantong parkir yang disiapkan panitia tampak penuh dengan motor-motor pengunjung. Ribuan karcis yang disiapkan panitia ludes terjual.
“Lebih 5500 karcis dari 6000 sudah terjual. Paling cepat pukul 3 dini hari selesai. Tapi itu tergantung karbitnya. Kalau masih ada ya lanjut,” kata Sabirin, Ketua Pelaksana kegiatan itu saat diwawancara bakabar.com.
Puluhan pasukan yang tergabung dari TNI dan Polisi di HST, BPK serta Tenaga medis pun berjaga di area tersebut.
Dijelaskan Sabirin, dalam "perang" meriam karbit kali ini ada 95 meriam karbit yang terbuat dari pohon aren dibagi dua (48-47). Kemudian disusun berseberangan, layaknya sebuah pertempuran.
“Kita taruh berseberangan, 47 meriam di bagian barat dan di timur 48 meriam karbit. Jarak berseberangan (antara kedua kubu) 80 meter,” terangnya.
Perang itu dimulai pada pukul 20.00 Wita. Kedua kubu mulai menembakkan meriam karbit secara bergantian. Suara menggelar terdengar sangat nyaring di telinga, sehingga beberapa kali pengunjung harus menutup telinga.
Menurut Nita -salah satu pengunjung, ada sensasi tersendiri saat menonton peperangan tersebut. Terlebih bagi mereka yang juga ikut mencoba menyulut meriam.
"Awalnya ragu-ragu untuk mendekati pertempuran meriam karbit itu. Lama kelamaan udah biasa jadinya, walaupun getarannya amat berasa membuat seluruh tubuh bergidik akan getarannya dan jantung terasa dipacu berkali-kali lipat,” kata warga Batang Alai Selatan (BAS) ini,
Selain Nita, Mukarram yang juga ikut menyulut meriam, mengaku terkejut dengan bunyi senyaring itu. Terlebih itu pengalaman pertamanya menyulutkan api di meriam karbit.
“Menggelegarlah pokoknya,” kata Mukarram penuh ekspresi.
Kendati sempat terkejut, Mukarram mengapresiasi tradisi warga tersebut.Dia menilai semangat juang dan gotong royong terjalin di acara itu.
“Salut untuk tradisi ini. Selain meriah, banyak pengunjung tempat ini juga menjadi salah satu objek wisata tahunan (saat lebaran),” kata Mukarram.
Sementara itu, pemilik salah satu meriam, Asra mengakui tidak mematok harga bagi mereka yang mau mencoba menyulut meriam miliknya. Meski terkadang, banyak warga yang memberinya.
“Kami tidak mematok harga, berapapun saya terima,” jelas warga Desa Buluan.
Baca Juga: Tiket Pesawat Mahal, Ribuan Pemudik Berangkat dari Terminal Pal 6
Reporter: AHC 11
Editor: Muhammad Bulkini