apababar.com, MARABAHAN – Ketika beberapa warga kesal dan protes melalui media sosial akibat tidak menerima Bantuan Sosial Tunai (BST) Kementerian Sosial, sikap berbeda dipilih Mukeri.
Warga Desa Jejangkit Pasar Kecamatan Jejangkit ini malah mengembalikan uang BST tahap pertama sebesar Rp600 ribu yang baru saja dicairkan.
Sesuai Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang mendasari pemberian BST, bantuan itu seyogyanya diberikan kepada istri Mukeri bernama Halimatus Sya’diyah.
Pengembalian ditandai dengan pembuatan surat pernyataan di atas materai Rp6000. Kemudian Camat Jejangkit, M Mujiburrahman, langsung menerima surat pernyataan dan uang tersebut, Sabtu (23/5) sore.
“Sebagai kepala keluarga, saya dengan penuh keikhlasan dan tanpa tekanan pihak manapun, mengembalikan BST Kemensos atas nama istri saya,” ungkap Mukeri.
“Alasannya saya merasa cukup dengan nikmat yang diberikan Allah. Juga masih banyak orang di sekitar saya yang lebih membutuhkan.
Semoga Allah memberi rezeki dari jalan yang tak terduga. Amin,” imbuh pria kelahiran Sungai Rangas 12 Maret 1956 ini.
Mukeri yang sehari-hari dikenal sebagai guru agama di Jejangkit Pasar, memiliki dua putra dan dua putri. Seperti sang ayah, putra pertama
Mukeri merupakan alumni Ponpes Darussalam Martapura.
Sedangkan putra kedua bertitel sarjana Pendidikan Bahasa Arab. Sementara kedua putri Mukeri masing-masing lulusan S1 Pendidikan Agama Islam.
Namun fisik Mukeri sudah tidak mampu lagi bekerja. Kesemua jari tangan Mukeri tak bisa diluruskan lantaran penyakit.
Untuk berjalan jauh pun sudah tak mungkin lagi, karena di kaki kiri pria ramah ini terdapat luka besar yang tak kunjung sembuh akibat diabetes.
Sebenarnya Mukeri enggan mempublikasikan pengembalian BST itu, karena ingin langsung diserahkan diam-diam kepada warga tidak mampu.
Namun setelah sempat bertemu dengan unsur kepemudaan dari Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan Angkatan Muda Pembaruan Indonesia (AMPI) Jejangkit, Mukeri diberi masukan berbeda.
“Kami memandang ini merupakan momentum edukasi untuk masyarakat yang bahkan sampai memfitnah perangkat desa hingga kepala desa, lantaran tak kebagian kuota bantuan,” cetus Ketua AMPI Jejangkit, Lukmanul Hakim, Minggu (24/5).
“Setelah diberi masukan, akhirnya Beliau bersedia dipublikasikan. Intinya Beliau mengingatkan bahwa ketika bantuan belum mencukupi, semestinya tetap disyukuri. Kalau belum dapat, sebaiknya tetap bersabar,” sambungnya.
Diharapkan aksi nyata Mukeri membantu meredam masyarakat yang sering menumpahkan kekesalan di media sosial, sehingga ikut memperkeruh situasi di tengah pandemi.
“Padahal terkadang mereka yang koar-koar di media sosial masih tergolong mampu. Ini juga memotivasi penerima yang sudah mampu agar sadar diri dan berbagi dengan tetangga yang lebih berhak,” tandas Lukmanul.
Reporter: Bastian Alkaf
Editor: Syarif