Regional

Menyusuri Keunikan Pasar Sanggrahan Magelang, Hanya Buka dan Ramai saat Wage

Mendengar kata pasar, biasanya seseorang akan terbayang aktivitas jual beli sayur, para pedagang yang menjajakan barang di pagi hari, h

Featured-Image
Tukang cukur manual di Pasar Sanggrahan Magelang, Rabu (3/5). apahabar.com/Arimbihp

bakabar.com, MAGELANG - Mendengar kata pasar, biasanya seseorang akan terbayang aktivitas jual beli sayur, para pedagang yang menjajakan barang di pagi hari, hingga keriuhan ibu-ibu yang sibuk menawar harga.

Suasana itu jugalah yang terjadi di Pasar Sanggrahan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, seperti pantauan bakabar.com, Rabu (3/5).

Namun, ada yang unik dari tempat ini, karena, Pasar Sanggrahan hanya buka saat weton kalender Jawa jatuh pada 'Wage'.

Baca Juga: Unik, Peringatan Hari Buruh di Jakut Ada Donor Darah hingga Undian Doorprize

Oleh karena itu, masyarakat setempat menyebutnya juga Pasar Wage karena di luar weton tersebut, tempat ini tutup.

Menelusuri ke dalam pasar, pengunjung akan menemukan keunikan lainnya yakni banyak pedagang yang membuka kios cukur tradisional.

Perbedaan kios cukur tradisional dengan Barber Shop atau tukang potong rambut Madura adalah ia sama sekali tidak menggunakan alat mesin, semua dikerjakan secara manual.

Selain itu, sang pemotong rambut juga rerata sudah berusia lebih dari 50 tahun.

"Saya sudah 40 tahun lebih menjadi tukang cukur di Pasar Sanggrahan, sejak usia 20 tahun," kata salah seorang tukang cukur, Muchasin (67).

Baca Juga: Tahu Bulat Digoreng Dadakan, Bagaimana Sejarah Uniknya?

Lebih lanjut, ia menceritakan, sekali cukur, pelanggannya hanya perlu membayar Rp 3.000 saja.

"Kalau anak-anak kadang Rp 2.000, tapi modelnya standar, saya tidak bisa kalau aneh-aneh," tuturnya.

Meski usianya tak lagi muda, pelanggan Muchasin selalu datang sehingga lapaknya tidak pernah sepi pengunjung.

"Hanya menyediakan kaca bangku dan gunting, kalau Wage-nya jatuh pada hari Minggu bisa 30-40 orang, tapi kalau tidak minggu 15 orang sudah alhamdullilah," paparnya.

Pada pasar tersebut, tak hanya Muchasin yang membuka lapak cukur, tetapi juga ada lebih dari 15 orang yang membuka jasa potong rambut.

Menurut pantauan bakabar.com, selain jasa potong rambut, keunikan lain dari pasar ini adalah banyak pande besi atau pengrajin senjata tajam dan alat serupa seperti pisau, sabit, cangkul dan lain-lain.

Pasar Pande Besi Magelang, Rabu (3/4) (bakabar.com/arimbihp)
Pasar Pande Besi Magelang, Rabu (3/4) (bakabar.com/arimbihp)

"Memang dari jaman dulu terkenalnya pasar pande besi, menurut cerita tutur di masyarakat, dulu daerah Pasar Sanggrahan adalah tempat tinggal para pemasok pengrajin senjata Pangeran Diponegoro," kata sesepuh desa Pakis, Slamet (70).

Meski demikian, menurut Slamet, belum ada bukti sejarah yang menunjukkan desa tersebut memang merupakan pemasok senjata.

Baca Juga: Komodo Hadir di Ragunan, Apa Uniknya Hewan Keturunan Dinosaurus Ini?

Harga senjata tajam dan alat potong berbahan besi yang dijual di Pasar Sanggrahan juga cukup variatif, mulai dari Rp 15.000 untuk pisau biasa, hingga ratusan ribu untuk perkakas lainnya.

"Dalam sekali 'pasaran Wage' biasanya bisa menjual 15 sampai 30 alat, tidak tentu, tapi yang paling laris cangkul, sabit, pisau," kata salah seorang pedagang, Bekti (58).

Tak hanya menjual, Bekti mengatakan, dirinya juga memproduksi sendiri alat-alat berbahan besi tersebut.

"Setiap hari buat di rumah, daerah Ndaleman, Pakis, tapi jualnya cuma saat Wage saja," ujar Bekti.

Saat berdagang, Bekti biasanya berangkat bersama kedua rekannya yang juga berprofesi sebagai Pande Besi.

"Memang daerah sini (Sanggrahan) dan Ndaleman banyak yang kerjanya pande besi, sudah turun-temurun dari buyut, tidak tahu sejak kapannya yang pasti sudah lebih dari 40 tahun," paparnya.

Puas melihat-lihat aneka senjata dan alat-alat besi, pengunjung bisa memasuki area jual beli ternak yang tak kalah ramainya dengan lapak lain.

Pedagang Ternak di Pasar Sanggrahan Magelang, Rabu (3/5) (bakabar.com/arimbihp)
Pedagang Ternak di Pasar Sanggrahan Magelang, Rabu (3/5) (bakabar.com/arimbihp)

Berdasarkan pantauan bakabar.com, setidaknya terdapat 34 pedagang kambing dan 15 pedagang sapi yang berada di Pasar Sanggrahan.

Sementara itu, masing-masing pedagang ternak membawa 5 hingga 6 ternak untuk dijual.

"Kalau pas ramai bisa habis, kalau sepi ya paling sisa 1 atau 2," kata salah seorang pedagang ternak, Kirman (57).

Kirman mengatakan harga kambing dan sapi yang ia jual cukup variatif dan berani bersaing.

"Mulai dari Rp 1.400.000 untuk kambing dan Rp 17.000.000 untuk sapi, tergantung jenis, bobot dan bentuknya," papar Karmin. 

Baca Juga: Pep Guardiola: Apa Itu Sejarah Treble?

Puas berkeliling, pengunjung juga bisa mencicipi kuliner khas Pasar Sanggrahan yakni nasi jagung berlauk ikan asin dan sambal bawang.

Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam, 1 porsi nasi jagung hanya dibanderol Rp 5.000 sudah termasuk lauk, sayur dan sambal.

"Sehari bisa laku sekitar 30 - 40 porsi, tidak tentu tapi pasti habis," kata seorang pedagang nasi jagung, Trinil (58).

Ibu dua orang anak yang sudah 20 tahun berjualan di pasar tersebut mengaku enggan menaikkan harga meski bahan pokok dan kebutuhan terus bertambah.

"Biar segini saja, sudah cukup, hanya berjualan di sini, tidak buka cabang biar mampirnya ke sini," tukas Trinil.

Editor


Komentar
Banner
Banner