bakabar.com, BALI – Pendapatan terbesar di Indonesia di antaranya di sumbang dari sektor minyak dan gas. Meski demikian, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan tak ingin mengimpor banyak Migas. Dia menyarankan untuk mencari lapangan Migas baru di Indonesia.
Menko Luhut menyebut, Indonesia setiap tahunnya terlalu banyak mengimpor hasil migas yang berdampak negatif terhadap defisit transaksi berjalan (current account deficit). Menurut perhitungannya, negara mengeluarkan USD 20 miliar per tahun untuk impor minyak, dan USD 2,5 miliar untuk gas.
“Sementara Indonesia butuh 1,4 juta barrel minyak per hari. Sedangkan Indonesia hanya bisa memproduksi 700 ribu barrel minyak per hari. Artinya, kita hanya bisa menenuhi setengah kebutuhan dalam negeri,” ungkap Luhut pada The 2nd IOG 2021, dilansir Liputan6.com, Senin (29/11).
Padahal, Indonesia yang berada di lempeng tektonik semestinya punya banyak kekayaan energi dan mineral. Luhut menyatakan, lapangan migas potensial semestinya bisa ditemukan di banyak tempat.
“Pada hakikatnya, lapangan-lapangan yang telah ditemukan kemungkinan hanya sebagian kecil dari total potensi yang kita miliki. Karena itu, penemuan lapangan (migas) baru masih sangat memungkinkan,” serunya.