bakabar.com, JAKARTA - Bagaimana jadinya kalau kapal tak bersenjata yang tengah berlayar, tiba-tiba malah diserang bajak laut? Demikianlah situasi mencekam yang mesti dihadapi Kapten Richard Phillips dalam film Captain Phillips.
Sineas keluaran 2013 itu mengisahkan perjuangan sang Kapten yang diperintahkan memimpin ekspedisi pelayaran menuju Afrika guna menyalurkan bantuan makanan. Di tengah perjalanan, kapalnya diserang perompak.
Memang selama dua dekade terakhir, ratusan pembajakan kapal terjadi di perairan komersial di lepas Pantai Somalia. Para perompak meraup lebih dari satu miliar dolar AS dalam bentuk uang tebusan, yang ‘menumbalkan’ puluhan awak kapal kargo.
Sebagian besar perompak tersebut adalah nelayan miskin. Mereka tidak dapat lagi melakukan pekerjaan warisan itu lantaran terjadi penangkapan ikan yang berlebihan oleh pihak luar. Inilah sebabnya, mereka mulai menyerang kapal-kapal kargo.
Salah satu dari bajak laut itu adalah Muse, yang juga menyerang kapal Kapten Phillips. Usai berhasil menaiki kapal tersebut, Muse dan komplotan perompaknya menawan awak di sana. Negosiasi pun sempat berlangsung, namun tak berjalan mulus.
Menjarah Kapal Dagang Sungguhan
Apa yang dilakukan Muse dalam film Captain Phillips memang benar terjadi di kehidupan nyata. Para perompak menyambung hidupnya dengan menjarah kapal dagang, seperti yang dilakukan Grace O’Malley, ratu bajak laut dari Irlandia di abad ke-16.
Pada masanya, wanita itu memimpin armada kecil yang terdiri dari 200 prajurit pria, malahan turut bertarung bersama mereka. Dirinya tak segan-segan menghentikan kapal dagang yang melintas, lantas memalak pajak. Jika enggan membayar pajak, kapal itu akan dijarah.
“Dia adalah orang yang sukar ditemukan, dan memiliki kastil persembunyian lain di Pulau Achill dan Danau Corrib di dekat Galway,” ujar Aaron O’Grady, pelaut yang mengetahui seluk-beluk O’Malley, dikutip dari BBC, Senin (27/2).
Keluarga O'Malley adalah penguasa turun temurun dari pantai Mayo, dan lebih dari 500 tahun kemudian, rumah menara tempat dia dilahirkan masih merupakan bangunan tertinggi di Pulau Clare.
Perjalanannya mengarungi lautan bermula ketika sang suami berpulang. Sejak saat itu, O’Malley mengambil alih para pengikut suaminya yang memiliki kapal dan pelaut untuk berdagang di pantai barat.
Seiring berjalannya waktu, ibu dari tiga anak itu tak cuma berdagang. Melainkan, merampok kapal-kapal kargo yang melintasi teluk kekuasaannya. Bahkan, ketika perdagangan sedang sepi, O’Malley tak gentar merampok Inggris.
Perlengkapan saat Merampok
Selama beraksi, bajak laut punya perlengkapan khusus yang menjadi ciri khasnya tersendiri. Salah satunya adalah kapal yang digunakan, di mana berlayar dengan kapal kecil yang lebih bermanuver.
Kapal seperti itu memungkinkan para perompak melarikan diri dengan lebih mudah, manakala ada kapal perang besar yang mengejar mereka. “Selama abad 16 dan 17, sekoci dan sekunar adalah pilihan paling umum untuk bajak laut,” ungkap Goodall, dikutip dari National Geographic.
Tak cuma kapal, bajak laut pun memiliki senjata khusus yang disebut cutlasses. Ini berupa pedang pendek dengan bilah yang sedikit melengkung, dapat digunakan untuk bertarung secara efektif di area terbatas kapal.
Bajak laut juga senang menggunakan senjata yang dikenal sebagai blunderbuss. Ini memiliki moncong yang melontarkan bola timah kecil ke korban yang dituju, bak meriam mini.
Berbicara tentang meriam, senjata itu juga umum ditemukan di kapal bajak laut. Meriam ini bisa diisi dengan tembakan berantai (dua bola meriam dirantai bersama), grapeshot (bola meriam kecil), atau bola meriam dasar.