LIFESTYLE

Menghayati Makna 'Tiada' dalam Khidmat Nyepi

Besok, tepatnya 22 Maret 2023, umat Hindu kembali merayakan tahun baru lewat Hari Nyepi

Featured-Image
Ilustrasi suasana saat Nyepi di Bali. Foto: Kendi.

bakabar.com, JAKARTA - Baru berselang tiga bulan semarak pesta pora, pentas musik, dan kembang api menghiasi pergantian tahun. Besok, tepatnya 22 Maret 2023, umat Hindu kembali merayakan tahun baru lewat Hari Nyepi.

Perayaan tersebut diperingati tiap Tahun Baru Saka, momen di mana para dewa menyucikan diri di tengah samudra. Soetama dalam Bali Tikam Bali (2004) menilai Hari Nyepi agak sedikit berbeda dengan hari raya umat Hindu lainnya, seperti Galungan atau Kuningan. 

Hari Nyepi dimaknai untuk menghayati perjalanan yang telah lewat, sekaligus menghayati makna “tiada” agar bisa merasakan segala sesuatu yang pernah ada. Ini juga bermaksud sebagai hari kebangkitan, pembaruan, kebersamaan, dan kedamaian.

Ritual Upacara Menjelang Nyepi

Umat Hindu tidak serta merta merayakan Nyepi begitu saja. Sebelum hari suci ini datang, ada serangkaian ritual upacara yang mesti dilakukan. Pertama, Melasti atau ritual memohon  pada Ida Sang Hyang agar membersihkan manusia dan semesta.

Upacara pertama itu dilakukan dengan iring-iringan bhatara-bhatari ke laut atau sumber air. Selanjutnya adalah Mapepada, yaitu prosesi penyucian hewan yang akan dipersembahkan dalam Tawur Agung Kesanga.

Tawur Agung Kesanga dimaknai sebagai sesi di mana “mengembalikan apa yang diambil dari alam kembali ke alam.” Ritual ini ditandai dengan segala jenis persembahan untuk meredakan gejolak kekuatan-kekuatan Bhuta Kala yang mengganggu.

Ritual dilanjutkan dengan prosesi Pengerupukan, yang biasanya disemarakkan dengan tradisi ogoh-ogoh. Usai itu, barulah Hari Nyepi dirayakan dengan melakukan penyepian dalam puasa, samadi, atau meditasi selama 24 jam.

Me-Nyepi dalam Sepi

Satu Hari Nyepi itu dihargai sebagai usaha untuk mengistirahatkan jagat dan badan dari segala kesibukan. Dalam merayakan hari ini, ada empat pantangan yang dikenal sebagai Catur Bratha Penyepian.

Pantangan itu meliputi tidak boleh menyalakan api/lampu, tidak boleh bepergian, tidak boleh bekerja, dan tidak boleh bersenang-senang/hiburan. Umat Hindu dianjurkan melakukan tapa brata selama 24 jam.

Meski Nyepi telah berlalu, ritual upacara terus berlanjut. Sehari selepas perayaan itu, diperingati sebagai Hari Ngembak Geni, yang merupakan momen bagi umat Hindu bersilaturahmi dengan kerabat dan saling memaafkan.

Serangkaian ritual Nyepi ini baru ditutup dengan Dharmasanti. Ini merupakan semacam halal bi halal, di mana umat Hindu melakukan pertemuan dan silaturahmi untuk menjalin hubungan yan lebih baik dengan sesama.

Editor


Komentar
Banner
Banner