bakabar.com, PELAIHARI - Sebuah tradisi umat Hindu dalam perayaan hari raya Nyepi di Desa Tajau Pecah Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Tanah Laut, selalu ramai diselenggarakan.
Pasalnya dalam upacara yang disebut Tawur Agung Kesanga, dua ogoh-ogoh diadu.
Satu ogoh-ogoh raksasa melambangkan kejahatan atau aura jahat dan satu ogoh-ogoh sedang melambangkan Arjuna atau kesatria melambangkan kebaikan.
Dua ogoh-ogoh diangkat dan diadu. Ogoh-ogoh itu diperagakan puluhan sekelompok pemuda dan pemudi warga Hindu secara bergantian.
Ogoh -ogoh raksasa bhuta kala menjulurkan lidahnya membuat warga ketakutan namun sang arjuna penyelamat datang dengan sebuah keris di tangan melakukan perlawanan.
Singkat cerita O\ogoh-ogoh raksasa melambangkan roh jahat dapat dikalahkan oleh Arjuna sang ksatria. Hingga akhirnya suasana di masyarakat kembali tenang.
Kisah itu menghiasi Upacara Melasti dan Tawur Agung Kesanga kali ini dalam rangka menjelang Hari Raya Nyepi tahun baru saka 1945 yang digelar di Pura Desa Tajau Pecah, Selasa (21/3/23).
Tawur Agung Kesanga yang dihadiri Bupati Tanah Laut, HM Sukamta cukup ramai. Bupati menyambut tradisi umat Hindu ini harus kita pertahankan sebagai salah satu warisan budaya nasional. Tak lupa ia mengucapkan selamat merayakan hari raya Nyepi bagi masyarakat Hindu di Tanah Laut.
Menurut dia, festival kesenian masyarakat Bali yang ada di Tala, untuk menjadi sebuah daya tarik bagi wisatawan. Kegiatan ini sebagai kekayaan budaya dan kearifan lokal masyarakat Bali melalui ritual keagamaan yang menjadi sebuah daya tarik wisata.
Adanya festival budaya, bukan hanya untuk masyarakat Tanah Laut saja akan tetapi juga akan menjadi daya tarik bagi masyarakat di pulau Kalimantan.
Pihak Pemkab Tanah Laut akan mendukung sepenuhnya, melalui promosi di Dinas Pariwisata.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Tanah Laut, Made Lutra mengatakan Prosesi Tawur Agung Kesanga merupakan upacara yang digelar oleh Umat Hindu sehari menjelang perayaan nyepi.
Upacara ini berdasarkan pada konsep ajaran Tri Hita Karana yakni menyelaraskan hubungan dengan tiga elemen, manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam semesta.
Ia bilang Di Hari Nyepi, umat Hindu tidak boleh beraktivitas seperti biasa selama 24 jam penuh. Selain itu, mereka juga tidak boleh menyalakan api, bepergian, atau berkegiatan apa pun.
Seperti namanya, puncak Hari Raya Nyepi dilaksanakan dalam keheningan. Tujuan dari keheningan ini adalah sebagai bentuk introspeksi atau menyucikan diri dengan melepas semua hal yang berhubungan dengan kehidupan duniawi dalam sehari penuh.
Sementara peragaan pentas Ogoh-ogoh raksasa menurut Made adalah sebuah kisah yang menceritakan perkelahian antara Roh Jahat Raksasa menyerang masyarakat dan seorang ksatria pembawa kebenaran datang. Akhirnya perkelahian sengit terjadi.
"Itu tak lain cerita mengusir roh jahat dan mengisi dengan kebaikan," tandasnya.