Relax

Mengenang Leonardo da Vinci, Sosok di Balik Senyum Simpul Mona Lisa

apahabar.com, JAKARTA – Paras feminin khas wanita Eropa di era 1500-an memancarkan senyum simpul nan menawan….

Featured-Image
Leonardo da Vinci, sosok di balik karya fenomenal lukisan Mona Lisa (Foto: Daily Expres)

bakabar.com, JAKARTA – Paras feminin khas wanita Eropa di era 1500-an memancarkan senyum simpul nan menawan. Kedua telapak tangannya terlungkup di depan dada, seolah menunjukkan perangai rendah hati bak Bunda Maria.

Itulah Mona Lisa - hasil tangan dingin Leonardo da Vinci yang menggema hingga kini. Lelaki berjanggut panjang itu menunjukkan detail tubuh wanita yang menjadi modelnya sedemikian rupa, sampai-sampai terlihat begitu nyata.

Leonardo bukanlah sebatas seniman. Karya artistiknya bahkan tak banyak. Malahan, dia terkenal sebagai seorang polymath, di mana menguasai lebih dari satu bidang pengetahuan sehingga menyandang banyak titel: penemu, seniman, musisi, arsitek, insinyur, ahli anatomi, ahli botani, ahli geologi, sejarawan, dan kartografer.

Si Rupawan Keturunan Gelap

Bukan cuma hasil karyanya yang indah, Leonardo pun demikian. Buku bertajuk Da Vinci's Ghost merawikan sosok pelukis Mona Lisa ini sebagai 'laki-laki proporsional, anggun, dan tampan yang mengenakan jubah merah muda mawar, serta memiliki rambut keriting yang indah, ditata dengan hati-hati, yang turun ke tengah dadanya.'

Memang sebegitu rupawannya Leonardo kala itu. Saking tampannya, banyak desas-desus beredar soal kehidupan asmara sang maestro. Konon, dia telah menjalin 'hubungan jangka panjang' - bahkan kemungkinan hubungan seksual - dengan dua orang muridnya yang sama-sama seniman.

Terlepas dari benar atau tidaknya rumor tersebut, kehidupan Leonardo boleh dibilang bermula dari 'hubungan gelap.' Pria kelahiran 15 April 1452 itu merupakan anak di luar nikah dari Piero dan Caterina. Sang ayah adalah seorang notaris kaya, sedangkan ibunya ialah seorang gadis petani lokal.

Keadaan yang demikian menempatkan Leonardo pada posisi yang kurang menguntungkan dalam perihal pendidikan dan warisan. Namun, penulis biografi Walter Isaacson, menilai ini sebagai keberuntungan.

Sebab, Leonardo bebas mengembangkan berbagai kejeniusannya, alih-alih mengikuti jejak sang ayah menjadi notaris. Tak sedikit yang menduga status Leonardo sebagai 'anak haram' membuatnya termotivasi membangun identitas sendiri, sekaligus membuktikan eksistensi diri.

Penunda yang Jadi 'Bahan Saingan'

Leonardo yang menyandang banyak titel seringkali dikonstruksikan sebagai sosok ambisisus. Padahal, dirinya tak seperti itu. Dia malah gemar menunda-nunda pekerjaan, serta mudah menyerah.

Leonardo membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk mulai mengerjakan pesanan. Bahkan, dia terkadang suka menghindari pelanggannya dengan dalih 'proses kreatif dalam pikirannya rumit.'

Pernah suatu ketika, Leonardo benar-benar tidak menyelesaikan karyanya: patung penunggang kuda raksasa, pesanan bangsawan Milan. Selang satu dekade usai pesanan dibuat pada tahun 1482, dia hanya menghasilkan model tanah liat.

Meskipun sosoknya berperangai demikian, Leonardo kerap menjadi 'bahan saingan' bagi tokoh besar Renaissance lainnya. Semisal, Michelangelo yang tampil dengan branding 'pelukis saleh', mejadikan Leonardo sebagai motivasi untuk menyaingi pencapaiannya.

Mona Lisa Masih Terjaga

Sebagaimana manusia pada umumnya, Leonardo bakal getol mengerjakan suatu proyek ketika kondisi keuangannya terpuruk. Inilah yang terjadi saat dirinya dipekerjakan oleh Francesco di Bartolomeo di Zanobi del Giocondo.

Leonardo diminta untuk melukis istri dari pedagang kaya raya itu, Lisa del Giocondo. Ndilalah, sang pelukis kala itu juga tengah merencanakan lukisan yang menampilkan sosok wanita anggun sebagai simbol istri setia.

Sang model yang bernama Lisa agaknya mengilhami Leonardo untuk memberikan judul lukisan Mona Lisa. Kata mona sendiri merupakan panggilan mesra kepada seorang perempuan yang disayangi.

Sedari rampung dibuat hingga kini, kualitas lukisan Mona Lisa masih terjaga. Mahakarya ini pun sekarang seolah menjadi 'maskot' Museum Louvre, Prancis, lantaran selalu dikunjungi ribuan orang dari berbagai penjuru dunia.



Komentar
Banner
Banner