bakabar.com, JAKARTA - Disomnia (Dyssomnia) adalah gangguan tidur yang mempengaruhi kualitas, kuantitas dan waktu tidur yang buruk, sehingga mengganggu keseharian.
Diperkirakan antara 50 juta hingga 70 juta orang dewasa mengalami gangguan tidur. Ada banyak jenis gangguan tidur, termasuk disomnia.
Gangguan tidur diklasifikasikan menjadi dua, gangguan tidur primer yang tidak disebabkan kondisi kesehatan lain.
Gangguan tidur sekunder yang disebabkan kondisi kesehatan lain seperti depresi, stroke, radang sendi, asma atau tiroid.
Disomnia (Dyssomnia) termasuk dalam kategori gangguan tidur primer, ditandai dengan kesulitan untuk tidur atau tetap tertidur pada malam hari. Memiliki gejala kurang istirahat, dan mengalami rasa kantuk yang ekstrem di siang hari.
Melansir Verywell Mind, Jumat (13/10), terdapat tiga macam disomnia yang dikelompokkan berdasarkan penyebabnya.
Gangguan Tidur Intrinsik, yang disebabkan oleh disfungsi internal yang mempengaruhi kemampuan tidur. Termasuk insomnia, narcolepsy, hypersomnia, sleep apnea dan sindrom kaki yang gelisah saat tidur.
Gangguan Tidur Ekstrinsik, yang disebabkan faktor eksternal yang mempengaruhi tidur, seperti lingkungan atau kebiasaan diri. Meliputi kualitas tidur yang buruk dan selalu makan pada larut malam.
Gangguan Tidur Ritme Sirkadian (Circadian rhythm sleep disorders), tidak teraturnya waktu tidur yang mengganggu jam internal dalam tubuh.
Gejala dan Penyebab Gangguan Tidur Disomnia
Disomnia memiliki gejala yang berbeda, terganting dari jenis gangguan tidur yang dialami seseorang, namun terdapat beberapa gejala yang paling umum meliputi:
- Mengalami kesulitan untuk tidur.
- Membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk tertidur di malam hari.
- Mengalami kesulitan untuk bangun di pagi hari.
- Sering terbangun di malam hari dan sulit untuk tidur kembali.
- Bangun terlalu pagi dan diselingi dengan perasaan lelah.
- Mengantuk sepanjang hari
- Tertidur pada waktu yang tidak tepat, bahkan saat makan, berbicara sampai mengemudi.
- Mendengkur dengan keras, hingga tersedak dan terengah-engah.
- Berhenti napas waktu tidur.
- Mengalami kesemutan hingga tidak nyaman pada anggota tubuh di sore atau malam sebelum tidur.
- Siklus tidur yang tidak teratur.
- Sering mengalami sakit kepala, brain fog, sulit berkonsentrasi di siang hari.
Hal ini dapat didiagnosa melalui spesialis tidur, dengan melakukan wawancara dan meninjau riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik, hingga pemantauan terhadap pola tidur.
Mengobati Gangguan Tidur Disomnia
Anda dapat mengobati gangguan tidur ini dengan melakukan olahraga relaksasi seperti Yoga untuk mengelola tingkat stres, mencoba kebiasaan tidur yang baik hingga melakukan pola hidup sehat.
Beberapa terapi dapat didampingi dengan seorang spesialis, seperti melakukan Terapi Perilaku Kognitif (CBT) untuk mengurangi kecemasan, menggunakan mesin CPAP untuk penderita sleep apnea, meminum obat tidur dan lainnya.