bakabar.com, MARABAHAN – Tanpa buah karya Yuniati Karlina, mungkin saja Barito Kuala belum memiliki motif sasirangan khas dan berbeda dengan daerah lain di Kalimantan Selatan.
Yuniati sedianya baru sekitar 6 bulan bekerja di Dinas Perindustrian Kalsel. Sebelumnya bersama sang suami, wanita berusia 33 tahun ini meninggalkan Palu pascagempa mengguncang kota tersebut.
Namun demikian, kedatangan Yuniati ke Kalsel bukan sebagai pendatang. Sebenarnya Yuniati pulang kampung, karena sudah turun-temurun menetap di Desa Beringin Jaya, Kecamatan Anjir Pasar.
Sebagai orang asli Batola pula, Yuniati tidak berpikir panjang ketika mendapatkan tawaran membuat motif sasirangan.
Bukan sekadar dibuat, karena motif tersebut direncanakan menjadi ciri khas dan juga dikenakan pejabat daerah, pegawai dan undangan dalam peringatan puncak Hari Jadi Batola yang digelar 8 Januari 2020.
“Saya langsung menerima tawaran merancang motif sasirangan Batola, karena memiliki ikatan emosional. Padahal sejujurnya saya belum begitu berpengalaman membuat motif sasirangan,” ungkap Yuniati, Senin (30/12).
“Dalam pikiran saya, motif yang dirancang harus mewakili identitas Batola,” tambah alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa dan Desain ini.
Selama sekitar seminggu, Yuniati akhirnya memutuskan padi dan purun yang juga menjadi lambang Batola sebagai pokok pikiran.
“Padi menggambarkan masyarakat Batola yang sebagian besar bertani. Pun Batola juga merupakan salah satu lumbung padi di Kalsel,” jelas Yuniati.
“Sedangkan purun merupakan kerajinan turun-temurun di Batola sampai sekarang. Artinya kedua unsur tersebut harus berada dalam motif sasirangan yang dirancang,” sambungnya.
Tetapi padi dan purun saja masih belum cukup menjadikan motif sasirangan yang indah. Setelah ditimbang-timbang, Yuniati menambahkan motif gigi haruan.
“Dari sekian motif, gigi haruan merupakan motif asli sasirangan. Hal ini juga menggambarkan bahwa masyarakat Batola masih memegang adat istiadat warisan nenek moyang,” ungkap Yuniati.
Ternyata desain Yuniati mendapat sambutan positif. Kebanggaan itulah yang ikut membuat wanita kelahiran 14 Juni 1986 ini menghibahkan motif tersebut.
“Desain tersebut tak kaku, karena masih bisa dimodifikasi tanpa meninggalkan unsur padi, purun dan gigi haruan. Saya juga berharap desain itu dapat membantu meningkatkan ekonomi pengrajin tekstil di Batola,” harap Yuniati.
Kemampuan Yuniati pertama kali diketahui Kabid Perindustrian Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskopperindag) Batola, Wahyu Adibawono, ketika mengikuti kegiatan di Dinas Perindustrian Kalsel.
“Setelah mengetahui latar belakang Yuniati, kami meminta dibikinkan motif yang memiliki ciri khas Batola, sesuai keinginan Bupati,” beber Wahyu.
“Begitu selesai dibikin, desain itu langsung disetujui Bupati. Selain memuat ciri khas daerah, Bupati memang menginginkan orang Batola yang terlibat dari awal,” sambungnya.
Tidak cuma sekali, karya Yuniati juga akan dipatenkan sebagai motif sasirangan Batola dan terus digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain.
“Kami berterimakasih kepada Yuniati, karena menghibahkan motif tersebut kepada masyarakat Batola melalui pemerintah,” papar Wahyu.
“Kedepan kami sudah menjajaki pembuatan hak cipta untuk motif itu. Dibandingkan kabupaten/kota lain, Batola memang belum memiliki motif sendiri,” tandasnya.
Baca Juga: Tak Cuma Juara, Sasirangan Batola Juga Berdesain Limited Edition
Baca Juga: Menjelang Harjad Batola, Penjahit di Marabahan Banjir Orderan