AHLAN QATAR

Mengenal Al Jumail, Kota Hantu di Qatar yang Penuh Misteri

Menjadi tuan rumah untuk Piala Dunia 2022, Qatar ternyata memilki tempat yang menyimpan sebuah misteri. Tempat itu dikenal dengan Kota Hantu, Al Jumail.

Featured-Image
Al Jumail, Kota Hantu di Qatar yang Penuh Misteri. Foto-CNN

bakabar.com, BANJARMASIN - Menjadi tuan rumah untuk Piala Dunia 2022, Qatar ternyata memilki tempat yang menyimpan sebuah misteri. Tempat itu dikenal dengan Kota Hantu, Al Jumail.

Dilansir dari CNN Travel, penduduk Al Jumail telah menjauh dari desa-desa-desa tradisionalnya dan pindah ke ibu kota modernnya di Doha.

Bekas Pemukiman Nelayan

Meski tak banyak yang tahu asal-usulnya, peneliti setempat menyebut Al Jumail berasal dari paruh kedua abad ke-19 oleh nelayan.

“Ini sebenarnya adalah kampung nelayan. Sisa bangunannya yang luas menunjukkan kampung ini penting untuk dihuni pada zamannya,” ujar ahli arsitektur Teluk, Ronald William Hawker seperti dilansi CNN.

“Di sekitar dataran, tempat tinggal pemukiman yang dekat dengan titik lokasi laut mengalami pasang surut penuh dengan perangkap ikan. Perangkap ini diandalkan untuk meangkap ikan-ikan ini saat air laut surut,” sambungnya

Hal ini juga tampak dari jejak-jejak yang ditinggalkan, yakni dengan adanya perahu kecil yang dimanfaatkan warga untuk berlayar melalui perairan dangkal dan dekat kawasan terumbu karang.

Tinggalkan Nuansa Estetik

Alih-alih menakutkan, sisa-sisa peninggalan berupa rumah tua dengan dinding dan pilar tinggi justru malah membuat pemandangan sekitarnya terlihat estetik dan cantik.

Ronald William Hawker mengatakan pada masanya, warga setempat memilki budaya masak dengan kayu bakar dan sering menyantap ikan tangkapan mereka dengan dilengkapi kurma.

“Mereka senang berkumpul bersama dengan keluarga besar mereka dan tidak diizinkan untuk membangun tempat tinggal sampai terlihat ke halaman tetangga. Pada masa kami tinggal di Teluk, kami bekerja mencari mutiara. Ini pendapatan awal negara ini. Kami mulai bekerja dari pagi buta sampai waktu Maghrib," terangnya.

Reruntuhan di sekitar Al Jumail kini mengarahkan ke jalan utama menuju Al Zubarah yang merupakan satu-satunya Situs Warisan Dunia UNESCO di Qatar. Kawasan ini menjadi salah satu pusat perdagangan penting di abad ke-18.

Pusat Kapitalisme Global

Pengamat Peradaban dan Teknologi Timur Tengah dari Universitas Komputer Indonesia (Unikom), WT Daniealdi menyebut eksistensi masyarakat Timur Tengah di peradaban global itu tak terhingga tahunnya.

“Sejak ada awalnya manusia di muka bumi, masyarakat Timur Tengah sudah ada. Mereka lebih tua dari suku bangsa manapun termasuk Tiongkok, yang kalau saya boleh mengutip Profesor Kishore Mahbubani, Tiongkok itu usia mereka di peradaban adalah 2000 tahun,” ujarnya.

Selain itu menurutnya, kalau bukan karena mampu beradaptasi dengan perubahan zaman serta bersedia hidup nomaden, maka tidak mungkin suku bangsa berusia ribuan atau bahkan puluhan juta tahun ini bisa bertahan hingga hari ini.

Salah contoh, yakni keberadaan berhala di zaman nabi yang diperjualbelikan secara komersial di Timur Tengah menunjukkan kalau bisnis kapitalisme sudah ada sebelum adanya peradaban canggih seperti sekarang.

“Kemudian berabad-abad kemudian saat era Yunani dan Romawi kuno melakukan pengenalan budayanya ke berbagai belahan dunia. Di negara-negara Timur Tengah ada tulisan Romawi dan peninggalan tulisan Yunani juga. Artinya masuknya dua budaya ini, diterima di sana. Kemudian Timur Tengah bagian dari pusat perdagangan jalur sutra, artinya pusat kapitalisme. Suku bangsa di sana itu juga kan, sebutannya quraisy artinya adalah orang yang suka berjalan-jalan. Jadi, citra mereka sebagai masyarakat yang adaptif sudah dari peradaban kuno,” jelasnya.

Menambahakan, Aldi menyebut Kota Baghdad merupakan salah satu contoh kota yang tadinya kosong, justru malah menjadi ramai dan pusat peradaban baru manusia, khususnya umat Islam.

Editor


Komentar
Banner
Banner