Slondok

Menengok Proses Pembuatan Slondok, Kudapan Renyah Asal Magelang

Slondok, cemilan gurih dari singkong ternyata bisa jadi makanan khas Magelang. Yuk, intip cara pembuatannya.

Featured-Image
Aris dan Slondok buatannya (Apahabar.com/Arimbihp)

bakabar.com, MAGELANG - Slondok, cemilan gurih dari singkong ternyata bisa jadi makanan khas Magelang. Yuk, intip cara pembuatannya. 

Salah satu oleh-oleh kudapan khas Magelang yang unik dan enak adalah slondok. Ini adalah keripik dengan rasa gurih yang terbuat dari singkong. Teksturnya renyah dan manis.

Pengrajin slondok khas Magelang yang sudah berkarya lebih dari separuh abad adalah Aris Hardiono (57). Dia mengatakan, kudapan tersebut menjadi primadona wisatawan karena rasanya unik dan tahan lama.

"Ada dua varian rasa yang kami produksi yaitu asin dan pedas manis," kata Aris saat ditemui bakabar.com di rumah produksi Slondok, Minggu (17/9).

Baca Juga: Cicipi Segarnya Es Pleret di Kedai Es Semanggi Magelang yang Melegenda

Ayah dua orang anak itu menceritakan, proses pembuatan slondok yang ia lakukan masih menggunakan cara manual dengan dibantu beberapa mesin modern.

Oleh karenanya, pembuatan slondok membutuhkan waktu yang cukup lama, yaitu hari.

Semua proses pembuatan slondok dikerjakan hanya berdua dengan sang istri, Tinuk (55).

Tinuk saat memberi bumbu slondok (Apahabar.com/Arimbihp)
Tinuk saat memberi bumbu slondok (Apahabar.com/Arimbihp)

Teknik pembuatan slondok sudah dipelajari Aris hingga mahir secara otodidak sejak ia masih remaja, tepatnya sekitar 1984.

"Awalnya membantu tetangga yang sudah sepuh-sepuh di daerah Munthilan dulu, kemudian lama-lama bisa sendiri, berjualan sendiri, karena memang tidak banyak yang melanjutkan usaha produksi slondok," tuturnya.

Kepada bakabar.com, Aris menceritakan, membuat slondok diawali dengan memarut singkong untuk diambil sarinya. Sari singkong tersebut kemudian diolahnya menjadi tepung, dan dibentuk pipih tipis.

"Dipotong pendek-pendek, lalu dijemur sampai benar-benar kering, kalau sudah diangkat, baru dibumbui," tutur Aris.

Baca Juga: Mencicipi Buntil Lumbu, Kuliner Tradisional hanya Ada di Magelang

Semua proses pembuatan slondok dikerjakan Aris di rumahnya yang berada di Kampung Tejosari RT 07/RW 07, Magersari, Kecamatan Magelang Selatan.

"Slondok mentah diproduksi kurang lebih 5 hari kalau cuaca cerah, mulai dari bahan singkong sampai siap goreng," katanya.

Setiap bulannya, Aris dan Tinuk mampu memproduksi kurang lebih 300 kilogram slondok mentah maupun matang untuk dijual ke seluruh Indonesia.

Ia tak hanya menjual dalam bentuk slondok mentah saja, namun juga siap santap alias packing oleh-oleh. Produk slondok buatan Aris dulunya ia namai Kartika, namun kini diganti nama menjadi Kraton.

"Hanya ada satu toko oleh-oleh yang masih kami pasok, dulu ada 13 lebih, tetapi karena tidak punya tenaga pembantu, jadi sekarang sistem belinya pesan dulu," ujar Aris.

Aris dan Tinuk memang memilih melakukan semua proses sendiri. Sebab, jika menambah tenaga, biaya produksi dikhawatirkan tidak mencukupi.

Terlebih, saat ini sudah sedikit generasi muda yang mau belajar dan bekerja sebagai pembuat slondok di daerahnya.

"Maka kami memang tidak promosi, karena yang beli pun harus menunggu kurang lebih 1 minggu, baru nanti diambil ke sini, atau kalau luar kota kami kirim," tuturnya.

Bahkan, jika musim hujan, pembeli perlu menunggu 2 hingga 3 bulan, sebab pengeringan slondok tidak cukup hanya mengandalkan sinar matahari, namun juga dibantu oven.

Tak hanya menjual barang fresh atau sekali habis, Aris juga membanderol slondok buatannya dengan harga terjangkau, yakni mulai dari 25.000 saja.

Baca Juga: Sejarah Cerutu Magelang, Pernah Jaya hingga Eropa Kini Tergilas Masa

"Per pack ada yang 500 gram, ada 1,5 kilogram, pesan matang bisa, mentah goreng sendiri juga bisa, ukuran kecil boleh, ukuran besar atau ball 5 kilogram an juga boleh, sesuai selera," kata Aris.

Menghabiskan usia senja bersama sang istri dilakukan Aris tak semata-mata untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, namun juga mengisi waktu agar produktif.

"Produksi slondok juga harus dilestarikan, karena ini salah satu ciri khas Magelang," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner