Kalsel

Menelusuri Pemakaman Demang Lehman yang Dimakamkan Tanpa Kepala

apahabar.com, MARTAPURA – Nama Demang Lehman tentu tidak asing di telinga warga Kalsel. Pria yang dilahirkan…

Featured-Image
Ilustrasi Penggantungan Demang lehman di alun-alun Kota Martapura pada zaman Kolonial Belanda. Foto-Istimewa

Belanda Pulangkan Keris Diponegoro, Tengkorak Demang Lehman Kapan?

"Jadi, sekitar dua hari Demang Lehman di tahan di Martapura sebelum dilakukan eksekusi oleh Kolonial Belanda. Namun untuk titik tepat di mana penjara itu belum diketahui pasti letaknya," terangnya.

Seperti yang dituliskan oleh Meyners, tutur Sammy kepada bakabar.com, Demang Lehman menjelang dieksekusi juga melakukan puasa dengan ketat seperti yang ditentukan, karena pada saat itu bulan Ramadhan.

"Seperti puasa pada umumnya, beliau juga melaksanakan sahur dan berbuka puasa, namun hanya dengan roti biasa atau roti beras untuk jam-jam tertentu," jelasnya.

Sammy mengatakan, dari sumber lain, jika Demang Lehman juga tidak pernah meninggalkan salat dan membaca Alquran di dalam tahanan.

Demang Lehman memiliki Alquran berukuran kecil yang selalu dibawanya kemana-mana dan dibacanya ketika waktu senggang.

"Pada saat beliau menjalani tahanan menjelang eksekusi, tidak ada seorangpun yang menjenguk atau sekadar mempertanyakannya. Hal tersebut karena penduduk sangat takut kalau disangkut paut kan dengan Demang Lehman. Demikian yang dituliskan oleh Media Surat Kabar Sumatera Nieuws en Advertebtie Blad edisi 7 Mei 1864," ujarnya membocorkan.

Demang Lehman saat dieksekusi sedang dalam keadaan berpuasa. Pada 19 Ramadhan 1280 H ata 27 Februari 1864 M, di hari eksekusinya, Demang Lehman sangat tenang dan tidak kehilangan kendali dirinya.

"Ia melangkah dan dengan bangga mengangkat kepalanya melewati tatapan kumpulan warga Martapura yang ada di jalan menuju tiang gantung," tuturnya.

Pejabat Militer Belanda yang menyaksikan eksekusi tersebut merasa kagum dan ketegangan. Setelah meninggal, jenazah Demang Lehman di bawa ke rumah sakit di Martapura.

Dalam Surat Kabar Sumatera Nieuws en Advertebtie Blad edisi 7 Mei 1864, dituliskan tidak ada satupun dari penduduk Martapura yang mengklaim bahwa Demang Lehman keluarganya. Kemungkinan karena rasa ketakutan masyarakat saat itu. Setelah eksekusi, tidak ada satu keluarganya pun yang menyaksikan dan menyambut mayatnya.

"Jasad Demang Lehman yang dibawa ke rumah sakit di Martapura ini kemudian dipenggal kepalanya oleh pihak kolonial Belanda secara diam-diam saja, tanpa dipertontonkan di muka umum seperti halnya hukuman gantung," pungkasnya.



Komentar
Banner
Banner