bakabar.com, BANJARMASIN - 1 Muharram 1445 H dipastikan bakal jatuh pada Rabu 19 Juli 2023.
Berbicara soal bulan yang menjadi tahun baru umat Islam dalam kalender hijriah ini, terdapat satu ibadah yang mendatangkan banyak pahala, yakni puasa Asyura.
Menurut anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Asep Shalahuddin, seperti dikutip dari muhammadiyah.or.id, Senin (17/7), Nabi Muhammad Saw menganjurkan umat Islam berpuasa pada bulan Muharram.
Hal ini merujuk pada hadis: yang diriwayatkan dari Abu Hurairah. Dia ia berkata: Rasulullah saw bersabda: ‘Puasa (sunah) yang paling utama setelah (puasa) di bulan Ramadan adalah (puasa) pada bulan Allah yang al-Muharram (puasa Asyura), dan salat sunah yang paling utama setelah salat fardhu adalah salat malam.” (HR at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad).
Hadis di atas menunjukkan bahwa puasa sunah yang paling utama setelah puasa wajib di bulan Ramadan adalah puasa sunat pada tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan puasa Asyura.
Terdapat dua keutamaan puasa Asyura pada bulan Muharram, di antaranya, Pertama, puasa Asyura merupakan salah satu dari empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi SAW.
Berdasarkan hadis:
“Dari Hafshah ia berkata: Ada empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi SAW, yaitu: puasa Asyura tanggal sepuluh dan puasa tiga hari setiap bulan serta salat dua rakaat sebelum subuh.” (HR. Ahmad dan an-Nasai).
Kedua, puasa Asyura mempunyai keutamaan dapat menghapus dosa tahun yang lalu. Berdasarkan hadis:
“Dari Qatadah ra. Ia berkata: Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa pada hari Arafah, beliau menjawab: Puasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang. Dan beliau ditanya lagi tentang puasa Asyura, maka beliau menjawab: Puasa Asyura dapat menghapus dosa yang lalu”. (HR. al-Jama’ah, kecuali al-Bukhari dan at-Tirmidzi).
Namun, sebelum melaksanakan puasa Asyura, disunahkan terlebih dahulu untuk melaksanakan puasa Tasua. Berdasarkan hadis Ibnu Abbas;
Rasulullah saw bersabda: Seandainya aku (Rasulullah) masih hidup sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada hari kesembilan”. (HR Ibnu Majah).
Meski Nabi Saw telah berniat untuk melakukan puasa pada hari kesembilan, namun Rasulullah Saw belum sempat melaksanakannya karena telah dipanggil Yang Maha Kuasa.
Dapat disimpulkan bahwa puasa Asyura sebaiknya dilaksanakan setelah puasa Tasu’a, karena Nabi Muhammad saw melakukan puasa Asyura pada tanggal kesepuluh dan beliau juga berniat untuk berpuasa pada tanggal kesembilan.
Adapun niat yang harus dilafalkan saat hendak melaksanakan puasa Tasua dan Asyura:
1. Niat Puasa Tasua
نَوَيْتُ صَوْمَ تَاسُعَاءْ سُنَّةَ ِللهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma tasu'a sunnatan lillahi ta'ala
Artinya: "Saya berniat berpuasa sunnah Tasua, sunnah karena Allah Ta'ala."
2. Niat Puasa Asyura
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma ghadin 'an ada'i sunnati 'Asyura lillahi ta'ala
Artinya: "Saya berniat berpuasa sunnah Asyura karena Allah Ta'ala."