bakabar.com, BANJARMASIN - Skena musik Banua tahun ini diprediksi akan makin menggelegar. Sejumlah musisi jagoan sudah menyiapkan materi terbarunya. Di antara sejumlah nama, tiga teratas adalah Primitive Monkey Noose (PMN), Mondblume dan Muram.
Dalam waktu dekat, PMN, band punk rock mapan asal Batulicin, akan meluncurkan album keduanya. Ini sekaligus menasbihkan posisi PMN sebagai band 'paling berbahaya' di Tanah Bumbu. Sebab, di antara kelompok musik yang lain di daerah itu, baru PMN yang memiliki pencapaian dan karyanya diapresiasi sedemikian besar. "Album baru mungkin rilis April," kata Richie Petroza, vokalis PMN, baru-baru ini.
Baca Juga: Tuah Tanah Borneo, Saat Primitive Monkey Noose Menggunakan Lebih Banyak Energi dan Pikiran
Saat ini PMN tengah sibuk menggarap materi yang ada. Pada Minggu (5/3) besok, band ini akan mulai merekam lagu barunya di Arumika Studio, Simpang Empat. Produser muda, Prima Yuda Prawira, masih dipercaya menggarap lagu-lagu PMN di album keduanya.
Jika didengar dari single "Tuah Tanah Borneo" yang dirilis pada Januari 2023, PMN sepertinya masih akan mempertahankan identitas punk banjar plus petikan panting di album keduanya. Materinya pun jauh lebih matang, baik dari sisi aransemen maupun penulisan lirik. Tak ada lagi kesan 'lagu dadakan' seperti yang mereka perlihatkan dalam lagu-lagu di album pertama. "Setidaknya ada enam lagu di album baru nanti. Pengennya, sih, lebih," katanya.
PMN akan merilis album barunya dalam format compact disk (CD) lewat label yang masih dirahasiakan. Ini sekaligus menjadi kabar gembira bagi para kolektor dan pecinta rilisan fisik di Kalimantan Selatan yang haus akan karya musisi lokal.
Nama lain yang menonjol belakangan ini adalah Mondblume. Lewat single berjudul "Banjarmasin", kelompok ini berhasil menuai banyak prestasi. Yang paling membanggakan ketika lagu itu sukses menjadi nomor satu di chart Pop Hari Ini.
Awal tahun ini, band asal Banjarmasin ini sudah meluncurkan dua single "I Wish You the Best" pada Januari dan "bla bla bla" pada Februari. Tentu album musik dari Mondblume menjadi satu hal yang paling ditunggu penggemar dan penikmat musik Banua. Namun, terkait album, sang frontman, Rofie Sanjaya, tampak lebih realistis.
"Lagu baru insyaallah. Kalau album nggak muluk-muluk, sih. Kalau materinya terkumpul, alhamdulillah. Kalau belum, ya, mengalir seperti biasa. Nggak ada deadline, senang-senang seperti biasa," kata Rofie, kepada bakabar.com.
Rofie sebagai penulis lagu masih akan membuat lagu yang berbeda satu sama lain. Dia menyebut inspirasi untuk membuat karya-karya yang berbeda satu sama lain berasal dari The Beatles. "Soal musiknya yang pasti akan berbeda dari yang sebelum-sebelumnya," ungkapnya.
Baca Juga: Mondblume, The Beatles, dan Romantisme Kota Seribu Sungai
Masih dari Kota Seribu Sungai, Muram, sudah bersiap untuk menyambut album terbarunya. Baru-baru ini, band yang sering berbicara soal politik dan lingkungan dalam lagu-lagunya merilis satu single berjudul "Roda & Asap" yang menggambarkan hiruk pikuk di jalanan.
"Rencananya kita rilis album bulan Mei," ungkap Manager Muram, Aswin Nugroho, kepada bakabar.com, baru-baru ini.
Aswin mengaku belum bisa memberikan bocoran kepada media, karena harus menunggu restu dari label yang menaungi mereka. "Karena harus menunggu official dari demajors," ucapnya.
Baca Juga: Brooom! Muram Rilis Video Musik 'Roda & Aspal'
Senja Djingga dan Reunion, dua band asal Tanah Bumbu yang eksis di event-event lokal, termasuk acara pernikahan dan sunatan, nampaknya mulai mendapat 'hidayah' dengan berencana merilis single tahun ini.
Arie Tirta Dinata, kapten dari Senja Djingga tampak sibuk menyiapkan video klip single terbaru mereka yang bakal dirilis dalam waktu dekat. Hal yang sama juga dilakukan Reunion, meski kabarnya single mereka sebenarnya sudah lama rampung. Namun, karena ada satu dua hal, proses rilis tertunda.
Sementara musisi lain sedang bersiap membuat karya baru, Democrust, unit punk rock asal Banjarbaru malah sudah tancap gas duluan. Mereka bahkan sudah melakukan tur mini album "Served Without Solution". Di antara kota yang sudah mereka kunjungi adalah Kotabaru dan Batulicin.
Meningkatnya produktivitas musisi-musisi Banua pada tahun ini tentu menjadi kabar yang sangat menggembirakan. Apalagi jika produktivitas itu juga diiringi dengan kualitas produksi yang bagus, aransemen, hingga penulisan lirik yang kuat dan tidak dibuat ala kadarnya. Sebab, sering kali, terutama musisi-musisi pop, masih menulis lirik dengan diksi-diksi yang ketinggalan zaman dan dengan tema cinta yang 'begitu-begitu saja'.
Walau bagaimana pun produktivitas yang lumayan seperti ini patut dipertahankan, bahkan mestinya bisa terus ditingkatkan. Sedikit banyak ini akan memicu musisi-musisi lain di Banua untuk ikut menulis karya sendiri, alih-alih merasa nyaman dengan job-job di panggung hajatan. Percayalah, Kalimantan Selatan tak akan pernah kehabisan potensi.
Ya, masa' kalah sama Aldi Taher?