Sejarah Infanteri

Membumikan Bahasa Langit, Kiat di Balik Grup 3 Kopassus Menangkan Lomba Buku Infanteri

Batalyon 33 Grup 3 Kopassus menjuarai lomba Penulisan Buku Sejarah Infanteri. Tentu tak mudah bagi satuan itu untuk menyingkirkan 139 peserta lainnya.

Featured-Image
Danyon 33 Grup 3 Kopassus Mayor Inf Saiful Arif saat menerima penghargaan Lomba Penulisan Buku Sejarah Infanteri. Foto: Dok. Grup 3 Kopassus untuk apahabar.com.

bakabar.com, JAKARTA - Batalyon 33 Grup 3 Kopassus menjuarai lomba Penulisan Buku Sejarah Infanteri. Tentu tak mudah bagi satuan itu untuk menyingkirkan 139 peserta lainnya.

Hanya bertenggat enam minggu lamanya, Batalyon 33 mengais informasi dari berbagai sumber. Di antaranya, perpustakaan satuan, Disjarahad, bahkan sowan langsung dengan sesepuh infanteri dan mantan pejuang '45.

"Kami kesulitan karena untuk membuat sejarah infanteri ini kami harus mencari sumber data yang valid dan terpercaya," beber Danyon 33 Grup 3 Kopassus, Mayor Inf Saiful Arif kepada bakabar.com, Selasa (20/12).

Terlepas dari peluhnya proses mencari data, Saiful mengaku bersyukur bisa mendapat kesempatan berkonsultasi langsung dengan ahli sejarah. Pertemuan itu, kata dia, membuat timnya kembali bersemangat dalam melanjutkan pembuatan buku sejarah infanteri.

Baca Juga: Moeldoko: Jadi Infanteri Jangan Cuma Modal Dengkul

Usaha Tak Mengkhianati Hasil

Getolnya usaha Batalyon 33 yang demikian pun berbuah manis. Mereka sukses melahirkan tulisan yang dinilai mampu menggambarkan sejarah infanteri.

Menurut penilaian tim juri, sebagaimana disampaikan Saiful, buku berjudul "Infanteri: Pengabdian untuk Tanah Air" itu telah memenuhi seluruh aspek penilaian.

Misalnya saja, pada bagian pendahuluan, pembaca diantarkan untik memahami isi buku dengan latar belakang permasalahan dan pokok bahasan dari tiap bab.

"Pada bagian isi yang membahas sejarah infanteri TNI AD, disajikan secara deskriptif-analitis menggunakan pendekatan kausalitas dan tematik, sehingga menjadi sebuah tulisan yang bersifat kronologis dan tidak monoton," jelas Saiful mengutip perkataan juri.

Selain dari segi substansi, buku itu juga unggul dalam perihal narasi. Betapa tidak, tulisan ini mengadopsi diksi dan narasi yang dianggap mudah dipahami pembaca awam bak 'membumikan bahasa langit.'

Di samping itu, buku garapan Batalyon 33 juga dinilai telah mengedepankan kaidah metodologi penulisan sejarah. Utamanya, dengan menerapkan teknik sitasi dalam bentuk catatan kaki alias footnote.

"Meskipun di dalam lomba tidak terdapat ketentuan atau petunjuk mengenai penggunaan sitasi, hal tersebut sangat menunjang aspek penilaian apabila dikomparasikan dengan buku lainnya secara head to head," pungkas Saiful.

Baca Juga: ‘Supit Urang’ dan Jenderal Soedirman dalam Hari Infanteri

Bahan Literasi bagi Generasi Infanteri

Lulusan Akmil angkatan 2005 itu mengaku bahagia atas prestasi yang diraih Batalyon 33. Tak lupa juga, dia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan buku sejarah infanteri.

"Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya buku sejarah infanteri, sehingga kami sampai bisa menjadi juara 1," katanya.

Saiful pun berharap buku tersebut bisa menjadi bahan literasi bagi generasi, khususnya lingkup infanteri. Juga, dapat menjadi teladan dalam memperjuangkan dan mengabdi kepada bangsa serta negara.

Editor


Komentar
Banner
Banner