News

May Day, Ini 4 Tokoh Pejuang Hak Buruh Indonesia

Hari ini, 1 Mei 2023 memperingati Hari Buruh Sedunia (May Day).Setiap perayaannya, biasanya buruh di berbagai belahan dunia melakukan aksi demonstrasi sebagai

Featured-Image
(kiri ke kanan) Muchtar Pakpahan, Marsinah, Agus Sudono dan Wiji Thukul: Pejuang hak-hak buruh yang berjasa pada kesejahteraan buruh Indonesia. Foto-ULTIMAGZ

bakabar.com, BANJARMASIN - Hari ini, 1 Mei 2023 memperingati Hari Buruh Sedunia (May Day).

Setiap perayaannya, biasanya buruh di berbagai belahan dunia melakukan aksi demonstrasi sebagai bentuk penyampaian pendapat dalam rangka menegakkan hak-hak kaum buruh.

Pada beberapa negara, termasuk Indonesia, Hari Buruh merupakan sebuah hari libur nasional setiap tahunnya. Peringatan ini berawal dari usaha gerakan serikat buruh untuk merayakan keberhasilan ekonomi dan sosial pada buruh.

Buruh merupakan tonggak utama dunia usaha, seperti perusahaan nasional maupun Internasianal. Mirisnya, terkadang nasib para buruh tidak secemerlang para pengusahanya sendiri, padahal hak para buruh telah diatur dalam undang-undang dan hukum negara.

Bahkan, sejarah pergerakan buruh di Indonesia sendiri diwarnai beberapa tokoh yang berpengaruh. Pada masa kelam orde baru, aktivis buruh yang terlalu keras sudah dipastikan keberadaanya pasti menghilang dan ditemukan meninggal dunia.

Dilansir dari SINDOnews, Senin (1/5), ada empat tokoh aktivis buruh semasa hidupnya aktif dalam pergerakan serikat pekerja dengan memperjuangkan hak-hak buruh demi kesejahteraan buruh di Indonesia.

1. Marsinah

Marsinah merupakan sosok pahlawan buruh yang Namanya masih diingat hingga saat ini. Marsinah menjadi ikon perjuangan kaum buruh melawan penindasan. Fotonya kerap digadang-gadang oleh para buruh saat sedang melakukan demonstrasi.

Semasa hidup, Marsinah dikenal vokal menyuarakan hak-hak kaum buruh.Perjuangan Marsinah terpaksa terhenti setelah diculik, disiksa dan diperkosa secara brutal.

Jenazah Marsinah ditemukan dalam kondisi mengenaskan di sebuah gubuk di daerah Wilangan, Nganjuk, Jawa Timur. Marsinah ditemukan 200 km dari tempatnya bekerja, pada 9 Mei 1993 setelah menghilang tiga hari.

Pembunuhan Marsinah ini menjadi salah satu kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat yang pernah terjadi di Indonesia dan menarik perhatian dunia.

Marsinah seorang aktivis dan buruh pabrik pada era Orde Baru dan bekerja di PT Catur Putra Surya (CPS) Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Kasus ini menjadi catatan Organisasi Buruh Internasional (ILO) dikenal sebagai kasus 1773.

2. Wiji Thukul

Mirip dengan Marsinah, Wiji Thukul menghilang secara misterius hingga kini dan keberadaanya tak pernah diketahui. Wiji diduga diculik karena suaranya yang vokal dalam membela pergerakan buruh di Indonesia.

Lewat sastra Wiji menjadi martir penyemangat para buruh kala itu. Wiji diduga diculik pada 27 Juli 1998, di usianya yang baru menginjak 34 tahun. Berawal dari peristiwa 27 Juli 1996 hingga kerusuhan 1998, Wiji sering berpindah-pindah daerah dengan maksud bersembunyi dari kejaran aparat.
Tidak ada yang tahu dirinya masih hidup atau sudah meninggal kejelasan dari salah satu aktivis 98 ini. Bahkan, kisah hidup Wiji Tukul di filmkan beberapa tahun silam yang berdasarkan kesaksian perjalanan hidup Wiji dari keluarga maupun teman perjuangannya.

Wiji sebenarnya bukanlah buruh, tapi dia aktif dalam memperjuangkan hak-hak buruh pada masa Orde Baru. Latar belakang seni dan sastra yang dimilikinya membuatnya piawai untuk membangkitkan semangat massa dengan kata-kata.

3. Agus Sudono

Agus Sudono adalah mantan Ketua Umum Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI). Agus dianggap sebagai tokoh legendaris perburuhan di Indonesia yang melintasi dua zaman, yakni Orde Lama dan Orde Baru.

Agus juga tercatat pernah menjadi anggota Badan Eksekutif Organisasi Buruh Internasional (ILO). Tokoh buruh legendaris Indonesia ini meninggal pada Februari 2012 silam dan namanya masih dikenang hingga kini.

4. Muchtar Pakpahan

Muchtar pakpahan merupakan tokoh buruh yang mendirikan serikat buruh independen pertama di Indonesia. Dia merupakan pendiri sekaligus mantan Ketua Umum DPP Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (1992-2003).

Karena usahanya yang gigih untuk memperjuangkan kenaikan gaji buruh, Muchtar memperoleh berbagai penghargaan hak asasi manusia dari dunia internasional. Pada tahun 2003 dia meninggalkan Serikat Buruh dan mendirikan Partai Buruh Sosial Demokrat.

Pada 2010, Muchtar meninggalkan partai tersebut dan memilih fokus di kantor pengacaranya Muchtar Pakpahan Associates dan mengajar di Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta.

Muchtar Pakpahan meninggal pada 21 Maret 2021 karena menderita kanker. Hingga kini, empat aktivis buruh ini masih menjadi ikon dan simbol perjuangan dan perlawanan buruh dalam memperjuangkan hak-haknya.

Editor


Komentar
Banner
Banner