Sejarah Temanggung

Masjid Agung Daarulsalam Temanggung, Saksi Sejarah Sejak 1835

Masjid Agung Temanggung didirikan Raden Temenggung Ario Djojonegoro, Bupati Temanggung pertama pada tahun 1835.

Featured-Image
Masjid Agung Temanggung (Apahabar.com/Arimbihp)

bakabar.com, MAGELANG - Masjid di pusat Kota Tembakau itu masih berdiri kokoh meski usianya sudah ratusan tahun. Masjid Agung Temanggung didirikan Raden Temenggung Ario Djojonegoro, Bupati Temanggung pertama pada tahun 1835.

Tak hanya arsitekturnya yang unik karena memiliki menara kembar, Masjid Daarulsalam atau yang lebih dikenal dengan Masjid Agung Temanggung itu juga menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Menurut masyarakat setempat yang juga pengurus Masjid Daarulsalam, Abdullah (50) menuturkan, Masjid Agung Temanggung didirikan Raden Temenggung Ario Djojonegoro, Bupati Temangung pertama pada tahun 1835.

"Bangunannya memang dipugar tetapi tidak mengubah bentuk aslinya," kata Abdullah, Jumat (10/11).

Menurut Abdullah, Masjid Daarulsalam dibangun satu tahun setelah ibu kota Kabupaten Temanggung dipindahkan dari Parakan pada tahun 1834 ke lokasi saat ini.

Perpindahan tersebut dilakukan atas permintaan Bupati Ario Djojonegoro karena Parakan telah ternoda peperangan melawan Sentot Alibasya yang menewaskan Tumenggung Soemodilogo.

Tak hanya untuk tempat beribadah, Masjid Agung ini juga menjadi saksi sejarah masyarakat Temanggung dalam melawan Belanda.

"Menurut cerita tutur dari para sesepuh di Temanggung, Masjid ini menjadi tempat berkumpulnya para pejuang di era perang kemerdekaan yang dikenal dengan pasukan bambu runcing," jelasnya.

Masjid tersebut menjadi tempat bermusyawarah serta mengatur strategi sebelum bertempur melawan penjajah.

Pada era 1940 an, di depan Masjid Agung Temanggung, pernah terjadi tragedi penembakan dengan korban pemuda Temanggung yang jumlahnya tak diketahui secara pasti.

Peristiwa penembakan tersebut didalangi pemerintah Belanda yang ingin mempertahankan wilayah jajahannya.

Pertempuran tak seimbang pun terjadi di depan Masjid Agung Temanggung lantaran Belanda memberondong para pejuang dengan senapan mesin, hingga akhirnya diantara mereka banyak yang gugur ditempat kejadian.

"Maka 10 November menjadi Hari Pahlawan sekaligus hari bersejarah bagi Kabupaten Temanggung," imbuhnya.

Tak cuma digunakan untuk shalat berjamaah dan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), Masjid Agung Temanggung hingga saat ini juga rutin memiliki jadwal pengajian yang telah disusun dan diprogramkan oleh takmir masjid.

Bahkan, pada hari-hari tertentu yang sudah dijadwalkan, Lembaga Pemasyarakatan (LP) Temanggung pun sering memanfaatkan masjid ini untuk pembinaan kerohanian para narapida.

"Jadi, Masjid ini sudah menjadi saksi banyak cerita sejarah dari masa ke masa, mulai perjuangan Indonesia hingga bertobatnya para narapidana," pungkasnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner