bakabar.com, BANJARBARU - Kasus pembunuhan marak terjadi di Kalsel. Tercatat ada 19 kejadian dalam empat bulan terakhir. Terhitung sejak April - Juli 2025.
Dari belasan kasus tersebut, paling sadis diantaranya terjadi di dua daerah. Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) dan Paramasan, Kabupaten Banjar.
Pasalnya, dalam kasus pembunuhan di dua lokas tersebut, pelaku tak segan menghabisi nyawa korbannya dengan cara memenggal kepala.
Di Loksado ada empat orang yang ditetapkan sebagai tersangka. Satu diantaranya berinisial F sudah ditangkap. Sementara tiga lainnya berinisial D, A dan J masih diburu alias buron.
“Yang di HSS bapak sama anak masih belum tertangkap,” ujar Direktur Reskrimum Polda Kalsel, Kombes Pol Pol Frido Situmorang didampingi Kabid Humas, Kombes Pol Adam Erwindi saat pres rilis, Jumat (25/7).
Frido bilang proses perburuan terhadap para buronan tersebut hingga kini masih dilakukan. Proses penangkapan terkendala lantaran para tersangka bersembunyi di pedalaman hutan.
“Kita masih upayakan karena tersangka masih berpindah-pindah di hutan. Untuk motif karena ketersinggungan,” jelas Frido yang turut didampingi Wakil Direktur Reskrimum, AKBP Diaz Sasongko.
Sementara untuk kasus di Paramasan, dua tersangka yang merupakan kakak beradik berinisial F dan P sudah diamankan. F dan P tega menghabisi nyawa korban bernama Didi Irama dengan cara memenggal kepala.
Berdasarkan pengakuan langsung dari F yang diketahui merupakan istri dari Didi, dia tega melakukan hal itu bersama kakaknya lantaran sakit hati atas penganiayaan yang dilakukan suami terhadap anak mereka.
“Ulun (saya) membela anak pak. Karena ditimbai (dilempar) ke sungai,” jawab F saat ditanya langsung oleh Frido terkait motif pembunuhan yang dilakukan.
Kembali ke soal maraknya kasus pembunuhan, dari 19 kasus paling banyak terjadi di Banjarmasin dan Tabalong, masing-masing ada empat kasus.
Kemudian ada tiga di Kabupaten Banjar, dua di Barito Kuala, dua di Tanah Bumbu. Sedangkan untuk Tapin, HSS, Balangan, dan Tanah Laut masing-masing satu kasus.
Dari belasan kasus tersebut polisi berhasil mengamankan sebanyak 26 tersangka beserta barang bukti. Rinciannya 25 laki-laki dan satu perempuan.
Lalu motif pembunuhan yang dilakukan para tersangka pun bermacam-macam. Dari rasa cemburu, sakit hati, dendam, hingga cekcok.
Di beberapa kasus juga banyak ditemukan penyebab utama perkelahian hingga berujung pada pembunuhan disebabkan mabuk. Mengkonsumsi minuman keras oplosan.
“Awalnya duduk-duduk kemudian minum soft dirink dicampur alkohol yang digunakan untuk medis. Mabuk lalu ada ketersinggungan,” katanya.
Di sisi lain, masih adanya masyarakat yang terbiasa membawa senjata tajam (sajam) ke tempat umum juga menjadi salah satu potensi terjadinya kekerasan hingga berujung pada penghilangan nyawa seseorang.
“Jadi kami imbau kepada masyarakat jangan mudah membawa sajam. Di beberapa kejadian banyak ditemukan hal itu. Akibatnya ditangkap anggota kami,” imbuhnya.