bakabar.com, JAKARTA – Koordinator Umum Indonesia People’s Assembly, Raden Deden Fajrullah menyoroti di sepanjang persiapan KTT G20 yang berlangsung pada 15-16 November ini, negara menunjukan sikap anti kritik. Di antaranya dengan melakukan pembubaran, penghadangan, intimidasi, hingga teror.
“Baru saja terjadi Indonesia People’s Assembly bertajuk ‘Musyawarah Rakyat Indonesia Menentang G20’ mendapatkan tindakan intimidasi hingga pembubaran,” katanya melalui keterangan tertulis, Senin (14/11).
Acara yang semula berlangsung di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kampus Udayana Denpasar tersebut terpaksa dipindahkan mendadak ke Gedung Student Center. Sebab, gerbang kampus tiba-tiba ditutup rapat tanpa pemberitahuan kepada mahasiswa.
Baca Juga: Apa Itu G20, Sejarah dan Perannya Pada Krisis Dunia
Baca Juga: PLN Siaga 24 jam Isi Ulang Baterai Mobil Listrik G20
Panitia penyelenggara mengendus keanehan saat menyiapkan teknis acara. Pada momentum tersebut satpam kampus mendatangi panitia dengan menyampaikan perintah dari pihak rektorat untuk membatalkan acara dengan berbagai alasan.
“Hingga tiba-tiba sekelompok orang yang mengatasnamakan ormas yang terindikasi dari aparat kepolisian yang bersagam mendatangi panitia dan meminta agar acara dibatalkan,” ujarnya.
Dengan alasan menjaga ketertiban, kata Deden, bersamaan dengan it, Gedung Student Center ditutup. Sejumlah peserta dan tamu undangan tidak diperbolehkan masuk.
Proses negosiasi pada 14.00 WITA sempat dilakukan agar acara tetap dilangsungkan. Hasilnya, sebagian peserta dan undangan berada di luar gedung. Sebagian lainnya berada di dalam gedung.
Baca Juga: Tiga Kapal Negara Siaga di Perairan Benoa Bali Jelang G20
Baca Juga: Mobil Antipeluru Cadillac One 'The Beast' Jadi Kendaraan Joe Biden di G20 Bali
Deden menambahkan pihak rektorat membubarkan acara pada pukul 13.25 WITA dengan alasan Musyawarah Rakyat Indonesia Menentang G20 didominasi oleh mahasiswa non Universitas Udayana.
“Pembubaran acara tersebut juga diikuti dengan mematikan listrik Gedung Student Centre, sehingga acara tidak dapat dilangsungkan. Sebab, adanya intimidasi dan sabotase hingga tekanan pembubaran,” paparnya.
Deden menyikapi tindakan yang dilakukan oleh pihak rektorat Universitas Udayana bersama aparat kepolisian dengan mengatasnamakan ormas. Hal itu sebagai bentuk penindasan kebebasan berpendapat rakyat.
“Hentikan G20 karena tidak dibutuhkan rakyat. Hentikan intimidasi, teror, dan pembubaran terhadap gerakan rakyat menentang G20,” pungkasnya.