bakabar.com, PALANGKA RAYA – Madu kelulut atau madu klanceng yang dihasilkan dari lebah spesies Trigona Itama (lebah bukan dari jenis penyengat) sudah digandrungi masyarakat di Indonesia, khususnya warga Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Raka Krisna salah satu pengusaha madu kelulut bernama Borneo Mellifera asal Kelurahan Kalampangan, Kota Palangka Raya menuturkan bahwa ia bersama keluarganya sudah membudidaya madu jenis ini sejak Tahun 2015 silam.
Tidak hanya itu, ia juga mengatakan sampai saat ini masih terus melakukan inovasi di samping meningkatkan pemasaran usaha madu yang dikelolanya. Bahkan kini madu kelulut yang diproduksi sudah merambah konsumen yang berada di luar negeri seperti Malaysia.
Madu kelulut ini memiliki cita rasa yang khas, bahkan Raka juga menyebutkan telah memproduksi madu kelulut hasil fermentasi menggunakan buah anggur yang diberi nama Madu Wine.
“Awalnya kita diminta oleh konsumen untuk mencoba mengolah madu kelulut ini agar bisa membuat badan jadi hangat dan memiliki efek lebih banyak,” tuturnya kepada bakabar.com saat dijumpai di arena Pameran Pumpung Hai dan Festival Budaya Dayak Kalteng 2022.
Beranjak dari situlah ia bersama keluarga melalukan olahan madu kelulut ini yang difermentasi menggunakan buah anggur hitam atas saran konsumennya.
“Untuk rasanya memang sedikit ada mengandung kadar alkohol namun masih aman dikonsumsi dalam jumlah yang wajar” terangnya.
Untuk harga Madu Wine ini dijual dengan harga Rp300 ribu ukuran 250 ml.
Selain Madu Wine, ada juga jenis madu kelulut murni, yang dijual per kemasannya mulai dari harga Rp 60 ribu untuk ukuran 100 ml, Rp120 ribu untuk ukuran 250 ml, dan Rp 200 ribu untuk ukuran 500 ml.
“Kita di sini tidak hanya menjual madu kelulut saja, tetapi ada juga madu lain yang dihasilkan oleh jenis lebah penyengat hasil budidaya,” terangnya.
Selain melakukan budidaya madu kelulut, Borneo Mellifera juga sering memberikan pelatihan untuk warga di daerah lain yang ada di Kalimantan Tengah yang ingin belajar.
“Untuk budidaya jenis madu ini sangat tergantung dari situasi lingkungan dan faktor cuaca, jadi lokasi yang lebih bagus adalah di daerah lingkungan perkebunan,” bebernya.
Pihaknya pun tidak hanya sekedar memberikan pelatihan, namun juga membuka pasar bagi mereka yang telah berhasil melakukan budidaya lebah kelulut ini.
“Untuk mereka yang belum mendapatkan pasar menjual hasil budidayanya, kami siap menampung berapapun jumlahnya,” tandasnya.