Kalsel

Liburan Hemat di Hulu Sungai Selatan, Wisata Bamboo Rafting Khas Loksado di Desa Halunuk Telah Dibuka

apahabar.com, KANDANGAN – Wisata atraksi budaya balanting paring atau bamboo rafting khas Loksado di Desa Halunuk,…

Featured-Image
Warga Dusun Kandihin ‘batanjak’ menggunakan ‘lanting’ di Sungai Amandit menuju Kandangan. Kini wisata bamboo rafting khas Loksado itu dibuka di Desa Halunuk Hulu Sungai Selatan. Foto-apahabar.com/Ahc27

bakabar.com, KANDANGAN – Wisata atraksi budaya balanting paring atau bamboo rafting khas Loksado di Desa Halunuk, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), kini telah dibuka dan bisa dinikmati dengan tarif hemat.

Selama ini, wisata budaya arum jeram sungai Amandit tersebut hanya tersedia di Desa Loksado dan finish di Dermaga Niih Desa Hulu Banyu.

Namun kini, wisatawan dapat menaiki rakit bambu, sambil menikmati aliran Sungai Amandit yang terkenal di Hulu Sungai Selatan itu sambil dan pemandangan hutan Pegunungan Meratus di Desa Halunuk.

Desa Halunuk jaraknya lebih dekat, hanya 17 kilometer dari Kandangan, ibu kota HSS. Di sana telah dibuka wisata balanting paring atau bamboo rafting.

Wisatawan bisa balanting paring dari RT 4 Dusun Kandihin, menutu RT 3 Dusun Bubuih, tepatnya di jembatan gantung jalan utama menuju dusun itu.

Balanting di sana, adrenalin wisatawan akan lebih tertantang. Pasalnya terdapat lokasi bernama ‘Umbak Kandihin’ yang terkenal sering membalikkan rakit bambu.

Sesuai namanya berasal dari kata ombak, apabila joki salah dan kurang berhati-hati saat mengemudikan rakit bambu, maka bisa membahayakan.

Melewati Umbak Kandihin, bisa menjadi nilai tambah bagi wisatawan memacu adrenalin.

Kendati demikian, wisatawan tidak perlu khawatir, sebab para joki yang disiapkan ‘batanjak’ (mengemudikan lanting, red) sudah profesional.

Bahkan, semua laki-laki di sana, baik tua maupun muda tiap pekan sering ‘labuh’ (pergi lewat jalur sungai, red) ke Kandangan, menjual bambu hasil hutan di desanya.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Wisata Alam Halunuk-Loksado (Wah-Lo), Yusuf mengatakan, jarak balanting untuk wisata itu sekitar 4 kilometer panjang sungai. Bisa ditempuh sekitar setengah hingga satu jam tergantung debit dan kedalaman air Sungai Amandit.

“Sebenarnya jarak dari Kandihin ke Bubuih tidak sampai 4 kilometer, tetapi sungainya meliuk-liuk dan berkeliling jadi lebih jauh,” ujar Guru SDN Kandihin itu, Rabu (9/9) kemarin.

Tarif wisatawan naik balanting di sana ungkapnya, sebesar Rp 100 ribu per lanting, yang bisa ditumpangi maksimal 3 orang. Hal itu berdasarkan kesepakatan dengan para joki di sana.

Jika ingin berwisata bambo rafting, wisatawan bisa datang mendatangi Desa Halunuk kemudian masuk ke Jalan Bubuih.

Di jembatan gantung bisa memarkirkan kendaraan dan naik ojek dengan biaya Rp 10 ribu per orang menuju Dusun Kandihin.

Dengan begitu, saat finish wisatawan langsung berada di dekat parkiran kendaraannya.

Disamping itu, juga disediakan paket wisata yang jaraknya lebih jauh yakni sampai ke Padang Batung.

Tarifnya Rp 300 ribu per lanting, juga bisa dinaiki maksimal 3 orang. Jasa jemput ojek jika sampai dari Padang Batung sebesar Rp 30 ribu per orang, sampai kembali ke parkiran di Bubuih.

“Jika rombongan sampai 3 buah lanting, rencananya akan kami gratiskan jemput pakai mobil,” ujarnya.

Kepala Desa Halunuk, Mahmudin menjelaskan, dalam setengah bulan ini pihaknya melaksanakan rapat, untuk membikin kegiatan pemuda di desa.

“Ada ide untuk membuka wisata, karena di Desa Halunuk banyak lokasi potensi jadi wisata, yang terpendam dan belum diketahui masyarakat luar,” ucap Kades Mahmudin.

Ide itu ungkapnya, juga muncul karena adanya pandemi Covid-19 ini. Masyarakat jenuh berada di rumah, sehingga ingin segera jalan-jalan, terlebih mandi di Sungai Amandit yang airnya jernih.

Mahmudin berharap, bisa memberikan pelayanan maksimal dan memberikan kepuasan bagi para wisatawan nantinya.

Editor: Ahmad Zainal Muttaqin

Komentar
Banner
Banner