Histori

Liburan Bersama Sambil Belajar Sejarah Dalam Wisata Jalan Kaki

Liburan di tengah kota biasa diisi dengan kegiatan kunjungan ke satu tempat populer. Namun ada alternatif lain untuk menikmati waktu istirahat bersama keluarga.

Featured-Image
Walking Tour bersama Mlaku Magelang di Bayeman (Apahabar.com/Arimbihp)

Apahabar.com, MAGELANG - Liburan di tengah kota biasa diisi dengan kegiatan kunjungan ke satu tempat populer. Namun ada alternatif lain untuk menikmati waktu istirahat bersama keluarga.

Salah satu yang menjadi alternatif itu adalah wisata jalan kaki atau Walking Tour. kegiatan itu cukup unik karena menjadi ajang liburan yang bisa dilakukan tanpa menggunakan kendaraan.

Walking Tour saat ini mulai populer di Indonesia. Popularitasnya meningkat sekitar 2021, kala masa transisi pandemi Covid-19 masih cukup tinggi terjadi di masyarkat.

Baca Juga: Hari Pertemanan Sedunia: Memupuk Persatuan dan Kesepahaman Antar Manusia

Akibat pandemi seluruh kegiatan masyarakat turut terhenti, tapi hal itu menimbulkan kesejuhan. Kemudian sejumlah generasi muda mencari ide kegiatan wisata namun bisa dilakukan tanpa perlu berpergian jauh.

Mengikuti Walking Tour akan terasa lebih menarik dengan menyusuri sejarah-sejarah kota langsung bersama ahlinya, sehingga masyarakat tak hanya berwisata, namun juga mendapat ilmu sekaligus mengenal lingkungan sekitarnya.

Walking Tour juga ada di Kota Magelang, yang identik dengan sejarah kolonialisme dan berbagai kisah perjuangan Bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.

Baca Juga: Nostalgia Kuliner Tempo Dulu di Pasar Kangen Jogjakarta

"Awalnya terinspirasi dari rekan - rekan pegiat sejarah dan walking tour dari luar kota. Melihat potensi sejarah di Magelang yang juga tidak kalah dari kota lain seperti Jogja, Semarang, Surabaya. Alhamdulillah, responsenya positif," kata founder Walking Tour Mlaku Magelang, Gusta Wardhana, Minggu (30/7).

Pendiri Mlaku Magelang, Gusta Wardhana (Apahabar.com/Arimbihp)
Pendiri Mlaku Magelang, Gusta Wardhana (Apahabar.com/Arimbihp)

Sosok yang akrab disapa Gusta itu mengatakan, Walking Tour Mlaku Magelang pertama kali ia dirikan pada 2022.

"Untuk riset data, survey rute, manage media sosial (medsos), menulis, semua di Walking Tour Mlaku Magelang saya sendiri yang mengelola," ujarnya.

Gusta mengatakan, kegiatan Walking Tour Mlaku Magelang ia selenggarakan secara reguler1 bulan 2 kali. Namun, jika sedang banyak agenda, Gusta biasanya menggelar Walking Tour minimal 1 kali sebulan dengan rute yang beragam.

Baca Juga: Menyusuri Sejarah Industri Musik Indonesia di Lokananta

Setiap kali hendak melakukan Walking Tour, Gusta biasanya mengumumkan acara tersebut melalui media sosial instagram @Mlakumagelang untuk membuka kuota pendaftaran.

Pasalnya, Walking Tour Mlaku Magelang hanya bisa diikuti maksimal 30 orang dalam satu kali rute perjalanan. Satu kali perjalanan wisata, pengunjung akan diajak untuk berkeliling pada rute dan tema tertentu dengan durasi kurang lebih 2,5 hingga 3 jam.

Adapun beberapa rute dan tema yang pernah diangkat bersama Walking Tour Mlaku Magelang yakni Groote Weg Noord Pontjol, Bajeman West, Stadswijk Kawarasan, dan Sigarend Abriek Ko Kwat Ie En Zonen.

Baca Juga: Umat Buddha Rayakan Upacara Apihoma Tantrayana Zhenfozong Borobudur

Tak perlu khawatir soal harga, mengikuti Walking Tour bersama Mlaku Magelang tidak dipatok biaya tertentu.

"Sifatnya Pay As You Wish saja," imbuhnya.

Keahlian Alumnus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris itu tak perlu diragukan lagi, sehingga peserta yang mengikuti Walking Tour akan mendapat ilmu lengkap tentang sejarah Kota Magelang.

Terlebih,Gusta pernah mengikuti pelatihan dan lolos sertifikat Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sebagai penulis bertema sejarah.

Baca Juga: Kosongkan Jadwal! 12 Artis K-Pop ini Siap Berkunjung Ke Indonesia

Seorang peserta Walking Tour, Kiki (24) mengaku senang mengikuti wisata tersebut karena mendapat banyak pengetahuan baru tentang sejarah dan kolonialisme di Magelang yang sebelumnya ia tak tau.

"Terlebih di Magelang ini banyak bangunan tua bernuansa Belanda, saya ikut karena ingin tau cerita asal mula dan sejarah tiap sudut kotanya seperti apa," kata Kiki.

Mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) yang kebetulan sedang singgah di Magelang itu mengatakan, jika ada kesempatan hari libur, ia berencana mengikuti Walking Tour lagi.

"Karena semua cerita yang disampaikan 'ndaging' alias berisi, tentang sejarah jalur kereta, hotel dan masih banyak lagi, sangat puas, semoga ada rute-rute baru lagi," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner