bakabar.com, MARABAHAN – Pencabutan larangan ekspor minyak goreng dan Crude Palm Oil (CPO) oleh pemerintah, membuat petani sawit di Barito Kuala kembali bersemangat.
Presiden Joko Widodo sendiri yang mengumumkan kembali membuka keran ekspor minyak goreng dan CPO, Kamis (19/5) malam.
Meski baru efektif berlaku mulai 23 Mei 2022, keputusan Presiden tersebut membuat sejumlah petani sawit di Batola kembali semangat.
“Kami berterimakasih kepada pemerintah yang telah mencabut larangan ekspor CPO dan minyak goreng,” papar Ketua DPD Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Batola, Darmono, Sabtu (21/5).
“Penyebabnya kebijakan tersebut membuat petani sawit mengalami masalah besar, lantaran banyak Tandan Buah Segar (TBS) tidak terjual,” imbuhnya.
Baca juga:Ekspor Minyak Goreng dan CPO Dibuka Lagi, Harga TBS Mulai Terkerek
Pencabutan larangan itu sendiri terjadi beberapa hari setelah Apkasindo menggelar aksi keprihatinan nasional, Selasa (17/5), termasuk di Batola.
Seiring pencabutan larangan ekspor minyak goreng dan CPO, petani juga berharap harga TBS akan kembali normal dalam beberapa hari kedepan.
“Tentu kami berterimakasih atas kebijakan Presiden atas kebijaksaan mencabut pelarangan ekspor minyak goreng dan CPO,” tambah Adul, petani sawit di Kecamatan Belawang.
“Kalau ekspor sudah dibuka, harapan kami sebagai petani adalah harga TBS bisa kembali stabil dan perekonomian pulih,” imbuhnya.
Sebelum dicabut pemerintah, larangan ekspor membuat harga TBS anjlok dari kisaran Rp4.000 hingga Rp3.500 menjadi Rp1.500 hingga Rp1.200 per kilogram.
Penyebabnya banyak pabrik CPO yang lebih mengutamakan hasil kebun sendiri, lantaran stok mereka juga sudah penuh.
Adapun pelarangan ekspor itu dianggap sebagai salah satu solusi menormalkan harga minyak goreng yang sempat melonjak sejak Februari 2022.