Meskipun peringkat tahun ini menurun, Aziz mengaku bersyukur agar tahun depan bisa kembali di posisi yang sama.
"Ini justru waktunya kita untuk berintrospeksi, agar selanjutnya kebersamaan antar umat beragama dan semua komponen yang ada di Kota Magelang bisa lebih di jaga," tuturnya.
Kemudian, seorang umat Katolik, Agnesia (45) yang turut hadir pada acara tersebut merasa bangga dan dihargai dengan adanya doa bersama umat lainnya.
"Mengingat di masa sekarang ini, agama menjadi suatu isu yang sangat sensitif, namun saya merasa, di Magelang semua aman, hidup berdampingan," jelasnya.
Ia mencontohkan, saat beribadah paskah kemarin, rumah ibadahnya juga dijaga saudara-saudari yang beragama Muslim.
Baca Juga: Stabilkan Harga Bahan Pokok, Pemkot Magelang Gelar Gerakan Pangan Murah
"Padahal mereka puasa, tapi siaga menjaga ibadah kami pada Tri Hari Suci (tiga hari suci) pada masa Paskah, bantu menata lalu lintas bahkan memastikan agar kami tidak terganggu saat berdoa," paparnya.
Senada dengan Agnesia, umat beragama Budha, Lim (55) mengaku merasa terharu dengan adanya toleransi beragama di Magelang.
"Kami Umat Budha, walaupun jumlahnya sedikit, tetapi setiap perayaan bisa dan boleh digelar dengan khusyuk dan meriah," jelasnya.
Seperti saat Puja Bakti menjelang Imlek kemarin, Lim mengatakan, masyarakat bahkan turut menyaksikan ibadah kami di sepanjang Alun-Alun.
"Semua kondusif, ini harus dipertahankan," imbuhnya.
Saat perayaan tasyakur usai, tak hanya umat Muslim yang membagikan takjil, namun juga dilakukan umat Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Semua membaur dalam satu doa yang sama, menuju Kota Magelang yang penuh toleransi dan cinta pada sesama.