bakabar.com, MAGELANG - Kota Magelang merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 1.117 dengan tasyakur dan doa bersama lintas agama sebagai wujud nyata toleransi di tengah masyarakat.
Kegiatan digelar di Alun-Alun Kota Magelang, Senin (10/4) sekitar pukul 14.00 WIB berlangsung khidmat, meski masing-masing ummat berdoa dengan caranya masing-masing.
Adapun yang berdoa bersama pada acara HUT Magelang yakni Islam, Hindu, Budha, Kristen dan Katolik yang dipimpin pemuka agamanya masing-masing.
Baca Juga: Jelang Idulfitri Stok Bahan Pokok Kota Magelang Dipastikan Aman
Umat Katolik membacakan doa rosario, Muslim membaca surat-surat pendek, sedangkan Hindu dan Budha melakukan puja bakti, namun ujub atau tujuan masing-masing sama, yakni memohon keselamatan dan kedamaian untuk Kota Magelang.
Wali Kota Magelang, Muchamad Nur Aziz mengatakan, tasyakur kali ini sekaligus interprestasi dari penghargaan yang baru saja diraih.
Sebagai informasi, Kota Magelang kembali dinobatkan sebagai salah satu Kota Toleran di Indonesia tahun 2023 menurut Setara Institute berdasarkan penilaian Indeks Kota Toleran (IKT) 2022.
Baca Juga: Mendulang ‘Asah Asih Asuh’ dari Sekolah Kasih Magelang
Penghargaan tersebut diberikan berdasarkan beberapa indikator yakni rencana pembangunan, kebijakan diksriminatif, peristiwa intoleransi, dinamika masyarakat sipil, pernyataan publik pemkot, tindakan nyata Pemkot memajukan toleransi, heterogenitas agama, serta inklusi sosial agama.
Namun, pada 2023, Kota Magelang menempati peringkat 10 nasional dengan nilai IKT 5,670 setelah sebelumnya berada di peringkat 6.
"Jadi tidak hanya meraih penghargaan saja, namun kita semua sungguh menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari," kata Aziz saat pembukaan Tasyakur HUT Magelang, Senin (10/4).
Meskipun peringkat tahun ini menurun, Aziz mengaku bersyukur agar tahun depan bisa kembali di posisi yang sama.
"Ini justru waktunya kita untuk berintrospeksi, agar selanjutnya kebersamaan antar umat beragama dan semua komponen yang ada di Kota Magelang bisa lebih di jaga," tuturnya.
Kemudian, seorang umat Katolik, Agnesia (45) yang turut hadir pada acara tersebut merasa bangga dan dihargai dengan adanya doa bersama umat lainnya.
"Mengingat di masa sekarang ini, agama menjadi suatu isu yang sangat sensitif, namun saya merasa, di Magelang semua aman, hidup berdampingan," jelasnya.
Ia mencontohkan, saat beribadah paskah kemarin, rumah ibadahnya juga dijaga saudara-saudari yang beragama Muslim.
Baca Juga: Stabilkan Harga Bahan Pokok, Pemkot Magelang Gelar Gerakan Pangan Murah
"Padahal mereka puasa, tapi siaga menjaga ibadah kami pada Tri Hari Suci (tiga hari suci) pada masa Paskah, bantu menata lalu lintas bahkan memastikan agar kami tidak terganggu saat berdoa," paparnya.
Senada dengan Agnesia, umat beragama Budha, Lim (55) mengaku merasa terharu dengan adanya toleransi beragama di Magelang.
"Kami Umat Budha, walaupun jumlahnya sedikit, tetapi setiap perayaan bisa dan boleh digelar dengan khusyuk dan meriah," jelasnya.
Seperti saat Puja Bakti menjelang Imlek kemarin, Lim mengatakan, masyarakat bahkan turut menyaksikan ibadah kami di sepanjang Alun-Alun.
"Semua kondusif, ini harus dipertahankan," imbuhnya.
Saat perayaan tasyakur usai, tak hanya umat Muslim yang membagikan takjil, namun juga dilakukan umat Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Semua membaur dalam satu doa yang sama, menuju Kota Magelang yang penuh toleransi dan cinta pada sesama.