bakabar.com, JAKARTA - Kripto jadi salah satu aset investasi yang digandrung banyak masyarakat. Bisa membawa keuntungan, tapi jangan asal.
CEO Tokocrypto, Yudhono Rawis buka suara. Menurutnya, tak salah. Faktanya memang banyak yang untung.
"Dalam beberapa kasus, kami mencatat ada lonjakan harga yang drastis, ini memungkinkan investor mendapat keuntungan yang besar," jelasnya kepada bakabar.com, Kamis (10/8).
Namun, kata dia mesti ada yang perlu diperhatikan. Yakni rendahnya hubungan antara kripto dengan kelas aset tradisional. Seperti saham dan obligasi.
"Jadi, pergerakan harga di sini (kripto) tidak bergantung pada peristiwa ekonomi global," terangnya.
Baca Juga: Industri Kripto Berisiko Tinggi, Mendag: Perlindungan Harus Diberikan
Lebih lanjut, ia coba memberi pemahaman. Menurutnya, harga kripto sangat fluktuatif dan dapat mengalami lonjakan atau penurunan yang tajam. Hal itu dapat terjadi dalam waktu singkat.
"Ini bisa menjadi tantangan untuk investor yang tidak nyaman dengan volatilitas tinggi," ungkapnya.
Di sisi lain, beberapa investor menanamkan modalnya di kripto karena melihat potensi jangka panjang dari teknologi ini.
"Perkembangan teknologi kripto dilihat sebagai cara untuk mendapatkan eksposur," katanya.
Jangan Gegabah Berinvestasi di Kripto
Biar tahu saja. Berkaca dari survei CELIOS, investor di Indonesia lebih banyak menempatkan investasinya pada aset kripto dibandingkan emas. Namun masih kalah dengan saham dan reksa dana.
Menariknya, aset kripto baru memasuki pasar Indonesia pada 2009 silam. Sementara instrumen investasi lainnya seperti emas telah ada sejak lama.
Lalu, apakah kripto ramah untuk pemula? Jawabannya, tidak selalu. Namun, investasi ini bisa menjadi pilihan yang menarik.
Kata Rawis, kripto menawarkan kenyamanan. Likuiditas tinggi, dan antarmuka pengguna yang lebih ramah. Hanya saja, perlu adanya pembekalan latar belakang teknis. Atau paling tidak pengalaman di bidang teknologi dan pasar.
"Aspek teknis seperti teknologi blockchain, konsensus, enkripsi, dan lainnya, penting dalam memahami kripto," paparnya.
Baca Juga: Bappebti Jamin Perlindungan dan Kepastian Hukum Nasabah Bursa Kripto
Mengapa begitu? Karena banyak orang terjun ke dalam investasi kripto tanpa pemahaman yang cukup. Hanya mengharapkan keuntungan besar tanpa memperhitungkan risikonya.
"Kebanyakan hanya mengikuti tren. Alhasil berujung pada kerugian finansial," tutur Rawis.
Karena itu, CEO Tokocrypto memperingatkan, jangan gegabah dalam memulai investasi. Terutama kripto. Salah-salah, juga bisa rugi.
"Penting untuk mendapatkan saran dari ahli keuangan atau penasihat investasi. Apalagi kalau masih baru dalam dunia ini (kripto)," ucapnya.
Sebagai informasi. Ketertarikan minat kripto paling banyak dari kelompok anak muda. Atau boleh disebut Generasi Z dan milenial.
Berdasarkan data Tokocrypto, porsi usia pengguna internalnya cukup bervariasi. Dengan sebagian besar pengguna berusia antara 18-30 tahun (56,7%), 31-45 tahun (33,9%), 46-55 tahun (9,4%).
Saat ini, pengguna Tokocrypto sudah menyebar di seluruh Indonesia. Namun mayoritas masih berada kota-kota besar seperti di Jabodetabek, Jawa dan Bali.