Tradisi Menyambut Ramadan

Kompleks Pemakaman Gunungpring Magelang Ramai Dipadati Peziarah

Ribuan masyarakat dari berbagai daerah melakukan ziarah ke Makam Gunungpring untuk mendoakan arwah leluhur sebelum memasuki bulan Ramadan.

Featured-Image
Pintu masuk utama makam Kyai Raden Santri Gunungpring Magelang ramai dipadati peziarah, Minggu (19/3). (Foto: apahabar.com/Arimbi Haryas)

Peninggalan Nama Daerah

Selain syiar agama Islam, Kyai Raden Santri juga berperan dalam bidang sosial budaya, dia memberi nama-nama daerah yang ada di Magelang, khususnya daerah-daerah yang berada di Gunungpring.

Bahkan, nama-nama yang diberikan Raden Santri di daerah tersebut masih banyak yang dipakai sampai sekarang.

Adapun nama yang masih dipakai yakni Dusun Santren, Dusun Ngawen, Dusun Nepen, Dusun Karaharjan, Dusun Padukuhan, dan Dusun Ngasem. Adapun pemberian nama-nama daerah berdasarkan kondisi sosial budaya pada saat itu.

Pemberian nama Dusun Santren karena di daerah tersebut paling banyak santri dibandingkan dengan dusun lainnya. Dusun Ngawen berdasarkan pada dusun tersebut menjadi tempat dilasanakannya kegiatan budaya.

Baca Juga: 6 Tradisi Unik Nusantara dalam Perayaan Isra Mikraj di Indonesia

Dusun Karaharjan berdasarkan pada melimpahnya sumber daya alam sehingga masyarakat dusun tersebut makmur. Sedangkan Dusun Padukuhan berdasarkan dijadikannya tempat untuk berkumpul. Tak ketinggalan, juga ada Dusun Ngasem berdasarkan pada banyaknya pohon asem di daerah tersebut

Tak hanya di bidang agama, Kyai Raden Santri juga mengajarkan gugur gunung atau gotong royong pada masyarakat.

Keberadaan Kyai Raden Santri di Magelang bersamaan dengan kolonial, pendeta banyak di wilayah Magelang untuk melakukan Kristenisasi.

Guna menghalau hal tersebut, Kyai Raden Santri membuat strategi untuk membendung penjajahan Belanda dengan dakwahnya yaitu menganggap bahwa orang-orang Belanda kafir, maka tidak boleh mengikuti gaya hidup mereka.

Editor
Komentar
Banner
Banner